Jln. Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04 Kel. Sukamiskin Kec.
Arcamanik Kota Bandung)”
FORMAT
DESAIN PPM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi
Mahasiswa
Oleh :
Ucke Halimah
(1210403034)
Susi Susanti
(1210403051)
Syamsudin
Nobisa (1210403052)
Vicky Putri
Nabila (1210403055)
Luki
Lukmanul H (1210403058)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan desain
PPM ini tepat pada waktunya. Kemudian shalawat dan salam kami
sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, yang dengan izin Allah telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan desain ini.Tidak Lupa
Penyusun mengucapakan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan
ini antara lain :
1.
Orang tua tercinta
2. Drs. Syaeful Anwar, selaku ketua jurusan Manajemen Dakwah.
3.
Dr. Dewi Sadiah. M.P.d, selaku dosen pembimbing Praktek Profesi Mahasiswa
(PPM).
4.
Kepada Bpk K.H.RAbdul Azis Haidar, selaku PimpinanYayasan Pondok Pesantren
Sukamiskin.
5. Dan juga pihak responden Yayasan Pondok Pesantren
Sukamiskin.
6. Beserta seluruh rekan-rekan
seperjuangan yang bersama-sama melaksanakan Praktek Propesi Mahasiswa (PPM).
Laporan desain ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur
pada tugas akhir. Kami mengambil judul dalam
desain PPM yaitu berjudul:UPAYA
PENGEOLAAN PESANTREN DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN
SUKAMISKIN
Adapun tujuan dari pembuatan desain
PPM ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang materi
pembelajaran Teknik Penglolaan dalam Dakwah dengan mencoba memberikan gambaran terhadap
tahapan pengelolaan
akhlak santri dibidang dakwah dalam
lingkup pondok pesantren.
Dalam penyusunan Desain
PPM ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan baik
yang bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak.
Mudah-mudahan atas segala bantuan dan kebijakan yang
telah diberikan kepada penulis, mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari
Allah SWT.
Penulis berharap semoga Desain
PPM ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan format
desain PPM ini terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari semua
pihak sangat diharapkan demi peningkatan karya ini, semoga bermanfaat.
Bandung, 23
Juni2013
|
|
Penulis
|
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.
Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................................... 5
C.
Tujuan Penulisan....................................................................................... 5
Manfaat Penulisan
Pembatasan Masalah
F.
Metode Pengumpulan Data....................................................................... 6
G.
Sistematika penulisan
BAB II KONDISI DAN LOKASI
YAYASAN PONDOK PESANTREN SUKAMISKIN BANDUNG 7
A.
Letak Geografis Yayasan Pesantren Sukamiskin...................................... 7
B.
Profil Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin......................................... 7
1.
Sejarah Asal Mula Nama Sukamiskin................................................... 8
2.
Masa Kepemimpinan K.H.R.A. Dimyati.............................................. 8
3.
Struktur
organisasi Pondok Pesantren Sukamiskin .............................. 9
4.
Sarana dan
prasarana Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin ........... 11
BAB III PROGRAM
PENGELOLAAN SANTRI DALAM MEMBINA AKHLAK SANTRISANTRI DI
YAYASAN PONDOK PESANTREN SUKAMISKIN........ 13
A. Bentuk-bentuk
Metode Pembiasaan yang di Terapkan di PONPES........ 13
B. Bentuk Pengembangan Santri................................................................... 23
BAB IV RANGKAIAN KEGIATAN
PRAKTEK PROFESI
MAHASISWA...................................................................................... 31
A.
Dasar Pemikiran ....................................................................................... 31
B.
Nama Kegiatan ......................................................................................... 32
C.
Waktu Kegiatan........................................................................................ 32
D.
Tujuan Kegiatan ....................................................................................... 32
E.
Ketentuan Kegiatan ................................................................................. 33
F.
Langkah-langkah Kegiatan ...................................................................... 33
G.
Teknis praktek Lapangan.......................................................................... 34
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 35
A. Kesimpulan................................................................................................ 37
B. Saran.......................................................................................................... 38
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 39
Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan
proses interaksi dengan manusia lain sebab manusia tidak dapat hidup sendiri,
juga tidak lepas dari hidup bermasyarakat, berkelompok dan bersama. Keadaan ini
di karenakan kebutuhan manusia untuk saling berhubungan satu dengan yang lain
serta tuntutan kehidupan yang tidak mungkin dipenuhi sendiri, sehingga
menyebabkan timbulnya berbagai macam kelompok dalam masyarakat yang saling
berinteraksi. Dalam proses interaksi dengan manusia lain, perlu adanya
manajemen yang mengatur semua pola dan perilaku kehidupannya. Dalam konteks
ini, Dadang suhardan (2011:87) mengatakan bahwa manajemen merupakan kemampuan
dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan baik secara perorangan maupun bersama orang lain dalam upaya mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Sebagai suatu sistem, hakikat manajemen adalah kemampuan dan keterampilan
khusus untuk melakukan kegiatan bersama orang lain atau melalui orang dalam
mencapai tujuan organisasi. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Stoner yang di
kutip oleh Dadang suhardan (2011:86) manajemen merupakan sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan menggunakan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas manajemen merupakan
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,
mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Dengan kata lain, manajemen merupakan suatu disiplin ilmu pengetahuan mengenai
kemampuan dan
keterampilan melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Seperti disinggung pada penjelasan di atas bahwa manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, mengawasi segala upaya dalam mengatur dan
mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam rangka mencapai tujuan
organisasi itu tidak terlepas dari beberapa unsur atau elemen yang ada dalam
manajemen.
Hampir setiap orang dalam usahanya memenuhi kebutuhan atau dalam usaha
mencapai tujuan dipengaruhi secara mendalam oleh organisasi. Hal ini berarti
menjelaskan bahwa hampir setiap orang dalam mencapai tujuan atau dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya melibatkan diri dalam kelompok. Pengorganisasian
merupakan tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara
orang-orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien untuk memperoleh
kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Peter F. Drucker pakar manajemen yang menjadi rujukan
dunia bidang manajemen, sering mengungkapkan bahwa sebuah organisasi haruslah
berbasis pengetahuan yang kuat. Karena sulit bagi sebuah organisasi akan
berkembang menghadapi tantangan zaman kalau pengetahuannya tidak berkembang.
dengan demikian pengetahuan akan melahirkan inovasi dan kreatifitas (Nurhasan
Zaidi, 2009:3).
Jadi manajemen organisasi merupakan suatu perencanaan yang berhubungan
dengan bagaimana seseorang dapat mengolah atau mengurus suatu rangkaian
organisasi dari memilih anggota sampai penyelesaian masalah.
Dalam hal
ini, berbagai literatur tentang organisasi dan manajemen telah memberikan gambaran tentang
organisasi, dengan berbagai cara, tergantung segi tinjauan atau pedekatannya.
Menurut Lg. Wursanto (2005: 43) organisasi dalam arti dinamis merupakan proses
kerjasama antara orang-orang yang tergabung dalam suatu wadah tertentu untuk
mencapai tujuan bersama seperti yang telah ditetapkan secara bersama
pula.
Menurut Dadang Suhardan (2011:70) organisasi adalah suatu sistem interaksi
antar orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi dimana sistem
tersebut memberikan arahan perilaku bagi anggota organisasi. Suatu kegiatan
akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan apabila
ditopang dengan pengorganisasian yang baik. Proses pengorganisasian ini sangat
penting sebagai proses pembagian kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil
dan sekaligus membebankan tugas-tugas tersebut kepada orang yang sesuai
dengan keahlian dan kemampuannya. Selain itu, proses pengorganisasian juga akan
membantu mengalokasikan sumber daya dan mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas
pencapaian tujuan organisasi. Ditunjukan pula bahwa efektivitas organisasi
dipandang sebagai batas kemampuan organisasi mendapatkan dan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan operatif dan operasionalnya (M.
Steers, 159: 1980).
Istilah organisasi mempunyai banyak sinonim. Lg Wursanto (2005:11)
mengatakan bahwa istilah organisasi terbagi kedalam tiga sinonim, yaitu:
institusi atau lembaga, birokrasi dan organisasi formal. Istilah tersebut
menjadikan suatu organisasi kaya akan nama, sehingga dapat dipastikan bahwa
manusia yang berkelompok dan besama-sama yang melakukan kegiatan termasuk
kedalam bagian organisasi.
Hal ini berlaku pada Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang
ada di Indonesia. Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam
berasrama (Islamic boarding school) yang biasanya juga disebut pondok saja.
Para pelajar pesantren yang juga disebut sebagai santri belajar pada sekolah
ini, sekaligus tinggal di asrama yang disediakan oleh pesantren. Pondok Pesantren
(Ponpes) adalah sekolah pendidikan keagamaan yang persentase ajarannya lebih
banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Dalam mengelola
pesantren perlu manajemen yang baik yang diawali dari proses penyusunan
program, struktur organisasi, pengarahan/penggerakan, dan pengawasan.
Pesantren adalah suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan
pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang
bersifat permanen (Mujamil Qomar, 2010: 02). Dapat disimpulkan bahwa untuk
dapat memahami keaslian suatu pondok pesantren, setidaknya harus memenuhi lima
elemen minimal yang ada, yaitu: (1) Pondok sebagai asrama santri, (2) Masjid
sebagai sentral peribadatan dan pendidikan Islam, (3) Pengajaran kitab-kitab
Islam klasik, (4) Santri sebagai peserta didik, dan (5) Kyai sebagai pemimpin
dan pengajar di pesantren.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Pondok Pesantren Sukamiskin Jln.
Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04 Kel. Sukamiskin Kec.
Arcamanik Kota Bandung
Pada
tanggal 10 Juni 2013, penulis mendapatkan gambaran bahwa Pondok Pesantren Sukamiskin merupakan lembaga pendidikan Islam yang
menyelenggarakan pendidikan dengan memadukan kitab klasik (kitab kuning).Mayoritas santri yang tinggal
di Pondok Pesantren adalah dari
berbagi daerah yang berbeda-beda. Berdasarkan fenomena di atas, maka sampai sejauh ini dapat di identifikasi
permasalahannya menjadi: Bagaimana cara
pengelolaan yang
dibuat dalam organisasi pembinaan santri? Adakah temuan masalah dan kendala dalam
implementasi program pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren
Sukamiskin?Bagaimana tahapan pengelolaan dakwah yang diterapkan di Pondok
Pesantren SukamiskinDari
hasil identifikasi masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut terkait masalah yang ada dalam pengelolaan organisasi Pondok
PesantrenSukamiskin. Dan untuk
penelitian lebih lanjut maka peneliti merumuskan dalam
judul; “UPAYA PENGEOLAAN PESANTREN DALAM
PEMBINAAN AKHLAK SANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUKAMISKIN(Penelitian di Pondok PesantrenSukamiskin Jln. Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw
01/04 kel. Sukamiskin kec. Arcamanik Kota Bandung)”.
Dari uraian
latar belakang, kami merumuskan masalah-masalah. Agar permasalahan yang akan
dibahas lebih mengarah, maka kami merumuskannya sebagai berikut :
2.
Adakah temuan masalah dan kendala dalam implementasi program pembinaan
akhlak santri di Pondok Pesantren Sukamiskin?
3.
Bagaimana tahapan pengelolaan dakwah yang diterapkan di
Pondok Pesantren Sukamiskin?
Tujuan dari pada
penulisan makalah ini diantaranya:
2.
Untuk mengetahui
masalah dan kendala dalam implementasi program program pembinaan akhlak
santri di Pondok Pesantren Sukamiskin
3.
Untuk mengetahui
tahapan pengelolaan dakwah yang
diterapkan di Pondok Pesantren Sukamiskin
Penulisan Desain PPM ini mudah-mudahan bemanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan baikmahasiswa yang ingin mengetahui untuk menambah pengetahuan dan
wawasan bahkan memperdalam pengetahuan tentang cara
pengelolaan pembinaan santri tersebut, sebagai bahan kajian objektif
untuk mengungkap dan memperdalam ide gagasan para ahli dakwah dan
praktisi dalam memahami dunia dakwah serta melalui
ilmu dan pengalamannya.
Desain
ini membahas tentang pengeolaan
pesantren dalam pembinaan akhlak santri di yayasan pondok pesantren sukamiskin. (Penelitian di Pondok Pesantren Sukamiskin
Jln. Raya Timur (Ah. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04 Kel. Sukamiskin Kec.
Arcamanik Kota Bandung)”.Bagaimana cara pengelolaan yang dibuat dalam organisasi pembinaan santri.Adakah temuan masalah
dan kendala dalam implementasi program pembinaan akhlak santri di Pondok
Pesantren Sukamiskin. Bagaimana tahapan pengelolaan santri yang diterapkan di
Pondok Pesantren yang lebih difokuskan ke dalam Bidang Dakwah.
Data penulisan Desain
ini diperoleh dari metode observasi, wawancara dan kepustakaan. Dengan demikian
informasi-informasi objektif mengenai pembahasan Pengelolaan Santri yang
diterapkan Pondok Pesantren Sukamiskin, sangat mudah diperoleh yang dikaitkan
dengan studi pembahasan yang memberikan landasan kuat, logis sebagai arah dan
pedoman dalam membahas permasalahan ini.
Penulisan Desain ini,
penulis klasifikasikan kedalam tiga bagian
yaitu sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, pembatasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan, dalam Bab II Kondisi dan lokasi Objek Dakwah yang terdiri dari : Profil lembaga, visi misi, sejarah, struktur organisasi, Bab III Program Pengelolaan pesantern dalam membina akhlak santri. Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan penulisan dan saran penulis dan Lampiran.
yaitu sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, pembatasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan, dalam Bab II Kondisi dan lokasi Objek Dakwah yang terdiri dari : Profil lembaga, visi misi, sejarah, struktur organisasi, Bab III Program Pengelolaan pesantern dalam membina akhlak santri. Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan penulisan dan saran penulis dan Lampiran.
Pondok Pesantrensukamiskin Jln. Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04 Kel. Sukamiskin
Kec. Arcamanik Kota Bandung)”
Lokasi
yayasan pondok pesantren sukamiskin terletak di Kota Bandung kearah timur,
tepatnya di Jln. Ahmad Nasution Km. 8 Nomor 128 Bandung. Secara geografis,
letak pondok pesantren ini cukup strategis, karena terletak di daerah yang rame
di tepi jalan yang menuju ke Bandung di atas areal tanah kurang lebih 2 HA.
B.
Profil Yayasan Pondok
Pesantren Sukamiskin
Waktu observasi
: Di mulai dari tanggal 10 juni s.d
28 juli 2013
Tempat Observasi : Di Pondok Pesantrensukamiskin Jln. Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04
Kel. Sukamiskin Kec. Arcamanik Kota Bandung)”.
1. Sejarah Asal Mula Nama
Sukamiskin
Asal mula nama Sukamiskin adalah diambil dari rangkaian kata
Bahasa Arab yaitu Suq dan Misk. Suq berarti pasar dan Misk berarti minyak
wangi. Jadi secara lughowi diartikan “Pasar Minyak Wangi”. Nama tersebut
sebagai pemberian langsung dari pendiri Pesantren Sukamiskin yaitu KH R
Muhammad Alqo. Sebab memberi nama Pesantren dengan Suq Misk, karena berkenaan
pada waktu itu Pesantren merupakan pusat pertama di Kota Bandung yang didatangi
banyak orang untuk menuntut ilmu pengetahuannya di bidang agama khususnya.
Dengan demikian pesantren makin dikenal baik di Kota Bandung maupun di Jawa
Barat, sehingga seolah-olah pesantren itu sebuah pasar terkenal yang banyak
dikunjungi orang dari tiap pelosok, yang harum semerbak dengan ilmu yang ia
bawa dari pesantren itu.
2.
Sejarah Awal Pesantren Sukamiskin
Pondok Pesantren Sukamiskin yang didirikan oleh K.H. Raden
Muhammad bin Alqo pada tahun 1881 M ini telah mampu mencetak berbagai alumni
yang tersebar di berbagai pelosok. Tak sedikit diantara alumni tersebut yang
telah mendirikan pondok pesantren sebagai wadah memanfaatkan ilmu yang
didapatnya selama di Sukamiskin. Wajar saja, karena pada kenyataannya pesantren
yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda ini merupakan pesantren tertua di
Bandung.
3.
Masa Kepemimpinan K.H.R.A Dimyati
Setelah K.H.R. Muhammad Alqo mengakhiri hayatnya, pimpinan
Pondok Pesantren beralih pada puteranya
K.H.R.A Dimyati beserta menantunya R.H.S. Anisah. Sebelum
memimpin Pondok Pesantren pengalaman yang pernah ditempuh oleh K.H.R.A. Dimyati
antara lain menuntut ilmu di Pesantren Kresek Garut yang kemudian bermukim di
Mekah kurang lebih selama sembilan tahun, bersama –sama dengan K.H.A Sanusi
almarhum (Pendiri dan Pembina Pesantren Gunung Puyuh Sukabumi). Pada masa beliaulah
(periode ke II tahun 1910 M sampai 1946 M atau 1329 H sampai 1365 H) harum dan
cemerlangnya nama Pesantren Sukamiskin di daerah Jawa Barat.
Pada periode ke II ini sebagai pembantu pimpinan K.H.R.
Muhammad Chalil, saudaranya sendiri. Kurang lebih 36 tahun lamanya, Pondok
Pesantren Sukamiskin mengalami kejayaan dan pada masa ini pula siswa Pesantren
Banyak orang yang datang dari berbagai pelosok daerah Jawa Barat. Baru setelah
beliau wafat, Pondok Pesantren mengalami kepakuman selama kurang lebih dua tahun,
karena terhambat dengan adanya peperangan menjelang kemerdekaan Indonesia.
Setelah negara aman kembali dan kemerdekaan pun sudah diproklamirkan, maka
K.H.R Haedar Dimyati, putera dari K.H.R.A. Dimyati mulai merintis kembali ke
Pondok Pesantren yang semula sudah mengalami kepakuman itu dan berhasil
memulihkan kembali seperti keadaan semula walaupun dalam jangka waktu yang agak
lama. Pondok Pesantren Sukamiskin pada periode ke III ini, keadaannya cukup
baik walaupun tidak sebaik periode ke II.
Susunan pengurus
Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin
A. Pendiri :
K.H. Muhammad bin Alqo (Alm)
B. Badan Pengurus
1) Penasehat :K.H
Imam Shonhaji (Alm)
2) Ketua :
K.H. Abdul Aziz Haedar
3) Bendahara :
Hj. Maemunah Haedar
4) Sekertaris :
Ust. M. Albar
5) Rois Santri :
Ust Iim Abdul Karim
C. Bidang-bidang
1) Bidang Pendidikan :
Ustadzah Ucu
2) Bidang Tata Usaha :
Ust. Alfi
3) Bidang Keagamaan :
Ustadzah Nisa Y A
4) Bidang Perpustakaan :
Ust. Cepi
5) Bidang Olahraga :
Ust. Akmal
6) Bidang Minat dan Bakat : Ust.
Jejen K
7) Bidang Humas :
Ust. Saeful Anwar
8) Bidang Kesenian :
Baety Rahmah
D. Pendidikan dan Pengajaran
Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin
sebagai pendidikan dan pengajaran melalui dua sistem, yaitu:
a. Sistem pendidikan non formal
b. Sistem pendidikan formal
Sistem pendidikan yang bersifat
informal yaitu berlangsungnya proses pergaulan dan asuhan serta bimbingan di
dalam lingkungan pondok pesantren tersebut, yakni anatara kiyai dengan dewan
guru dan pengasuh pondok pesantren serta seluruh santri mukim, dimana mereka
harus mentaati peraturan atau norma kepondokkan serta mengikuti fatwa-fatwanya
dan menjalankan program-program pengajian kitab kuningyang telah disajikan.
Adapun yang bersifat non formal, berupa penyelenggaraan takhosus dinniyyah.
Sistem pendidikan non formal mempunyai cara tersendiri yang berbeda dengan
pendidikan formal, yaitu sistem asli pondok, diantaranya:
a) Sorogan
Adapun cara metode ini, yaitu para
santri menyodorkan kitab, kemudian membaca sedikit demi sedikit dan
kadang-kadang sambil diikuti, kadang-kadang santri hanya menyimak kitab yang
disodorkan tadi. Metode ini biasanya diselangi dengan metode Tanya Jawab dan
demontrasi.Dengan metode ini kiyai bener-bener mengetahui sampai dimana
kemampuan anak didiknya, maka dengan sistem ini kiyai lebih akurat dalam
mengukur taraf kemampuan para santrinya.
b) Bandongan
Adapun caranya dengan kiyai membaca
kitab, santri membawa kitab masing-masing yang sama dengan kitabnya, kiyai
sambil member makna pada kitab yang belum tahu artinya dan kiyai memberikan
keterangan yang panjang lebar, yang tentunya berkenaan dengan materi yang
disampaikan pada santri.
Lembaga yang bersifat formal pada yayasan pondok pesantren sukamiskin
yaitu meliputi:
1) Madrasah Tsanawiyah
2) Madrasah Aliyah
Adapun sistem yang digunakan pada
ketiga lembaga pendidikan tersebut adalah sama sebagaimana yang digunakan oleh
lembaga formal lainnya. (dokumentasi dan hasil wawancara dengan pengurus
Yayasan pondok Pesantren Sukamiskin, tanggal 7 Mei 2013)
5. Sarana dan prasarana Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin yaitu:
a. Mesjid Jami’ Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin
b. Mushola
c. Kantor
d. Ruang belajar
e. Perpustakaan
f. Aula
g. Asrama (putra-putri)
h. Toilet
i.
Computer
j.
Fasilitas olahraga (tenis meja, bola
volley, basket, bulu tangkis)
k. Ruang gudang peralatan (perlengkapan olahraga dan kesenian, dsb)
l.
Dapur umum
m. Cafetarian Mini
n. Lapangan parker
o. Kediaman Kiayi
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini:
Table 1
Sarana Pondok Pesantren Sukamiskin
No
|
Jenis Sarana
|
Jumlah
|
1
|
Mesjid Jami’
|
1
|
2
|
Kantor
|
1
|
3
|
Ruang belajar
|
9
|
4
|
Perpustakaan
|
1
|
5
|
Aula
|
2
|
6
|
Asrama Putri
|
10
|
7
|
Asrama Putra
|
5
|
8
|
Toilet
|
10
|
9
|
Computer
|
3
|
10
|
Lapangan Bola Basket
|
1
|
11
|
Lapangan Tenis Meja
|
1
|
12
|
Lapangan Bulu Tangkis
|
1
|
13
|
Bola Volly
|
1
|
14
|
Ruang Gudang Peralatan
|
1
|
15
|
Dapur Umum
|
2
|
16
|
Cafetarian mini
|
2
|
17
|
Kediaman Kiayi
|
7
|
18
|
Lapangan Parkir
|
1
|
19
|
Mushola
|
1
|
BAB III
PROGRAM PENGELOLAAN SANTRI DALAM MEMBINA AKHLAK SANTRI DI
YAYASAN PONDOK PESANTREN SUKAMISKIN BANDUNG
A.
Bentuk-bentuk Metode
Pembiasaan yang di Terapkan di PONPES
Pesantren
atau Pondok Pesantren (biasanya juga disebut pondok saja) adalah sekolah Islam berasrama (Islamic
boarding school). Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar
pada sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren.
Santri sebagai
bagian dari komponen utama pesantren tentunya memegang peranan penting dalam
keberlangsungan pendidikan pesantren. Mengingat varian latar belakang dan
heteroginitas santri, dari segi kultur, ekonomi-sosial dan pendidikan, serta
membaurnya pengasramaan santri tanpa membedakan usia, maka diperlukan sistem
pengorganisasian tersendiri khusus untuk santri. Biasanya pesantren dipimpin
oleh seorang kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk
seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya
disebut Lurah Pondok. Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam
pengetahuan tentang Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa bahasa Arab. Berkaitan denga judul yang
diatas bahwa Dasar Pendidikan Akhlak menjadi barometer tinggi rendahnya
derajat seseorang. Sekalipun orang dapat pandai setinggi langit, tetapi jika
suka melanggar norma agama atau melanggar peraturan pemerintah, maka ia tidak
dapat dikatakan seorang yang mulia. Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu
hadisnya.
Artinya:“Orang
yang paling beriman adalah yang terbaik budi pekertinya, dan sebaik-baiknya
kalian adalah yang berperilaku paling baik terhadap istri.” (H. R. Tirmidzi)
Macam-Macam Program Kegiatan Santri Pondok Pesantren
Sukamiskin Diantaranya :
a.
Program Pesantren
& Kurikulum
1.
Pendidikan wajib di pondok pesantren sukamiskin yang akan
ditempuh selama 8 tahun yang rinciannya
adalah :
a. Tingkat Madrasah
Tsanawiyah Salafiyah (Setingkat MTS) selama 3 Tahun dan Berijazah Pondok
Pesantren
b. Tingkat Madrasah
Aliyah Salafiyah (setingkat MA) selama 3 tahun dan Berijazah Pondok Pesantren
c. ditempuh selama 2
tahun dan Berijazah Pondok
Pesantren Sukamiskin
b.
Kurikulum Pondok
Pesantren Sukamiskin
1)
Nahw
2)
Sharaf
3)
Al-Qur’an- Tajwid
4)
Fiqih Syari’ah
5)
Tafsir
6)
Aqidah Tauhid
7)
Hadits
8)
Tarikh Islam
9)
Tadarus
10)
Imla’
11)
Khat
12)
Bahasa Arab & Bahasa Inggris
13)
Dakwah
14)
Kreasi Seni
15)
Keorganisasian Santri
Sebagai institusi sosial, pesantren
telah memainkan peranan yang penting dalam beberapa negara, khususnya beberapa
negara yang banyak pemeluk agama Islam di dalamnya. Adapun Pesantren yang menekankan
nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri diantaranya :
1.
Perencanaan Kebutuhan
Santri
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai
proses kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Perencanaan
kebutuhan santri merupakan tugas yang harus dilakukan oleh pengurus pondok beserta
dengan anggota-anggotanya, dalam hal ini biasa disebut dengan kesantrian.
Adapun hal-hal yang harus dilakukan diantaranya adalah merencanakan kegiatan
santri, proses penerimaan santri, pengaturan asrama santri, pengaturan makan
santri, pembinaan santri, evaluasi santri. Dalam hal ini, berdasarkan
pengetahuan penulis di pondok pesantren sudah ada perencanaan kebutuhan santri,
karena ini adalah suatu hal yang penting dalam pendidikan pesantren.
2.
Proses Administrasi Penerimaan Santri
Penerimaan santri
baru dalam tahun pertama dan santri pindahan harus teradministrasi secara baik.
Untuk santri baru misalnya harus mengisi formulir yang berisi: nama, alamat,
pendidikan sebelumnya, orang tua, pekerjaan orang tua, dan seterusnya.
Sementara untuk santri pindahan selain harus mengisi formulir penerimaan santri
baru, ia harus menyertakan surat pindah dari pesantren sebelumnya. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah santri bersangkutan pindah karena
bermasalah atau tidak. Setelah mengisi formulir yang disediakan maka di
pesantren salaf kebnayakan santri langsung bisa masuk dan mengikuti kegiatan
pondok, namun ini berbeda dengan pondok kholafi (modern) santri harus mengikuti
tes masuk terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan untuk mengatahui kemampuan
santri ada juga yang bertujuan untuk menentukan jenjang pendidikan yang akan
ditempuh santri tersebut.
Satu hal lagi yang
perlu dimengerti dalam proses administrasi penerimaan santri, yaitu regestrasi
atau daftar ulang dalam setiap tahunnya dan akhir jenjang kelulusan. Karena
umumnya santri melanjutkan jenjang pendidikan di lembaga pendidikan yang sama
dan terdapat di lingkungan pesantren semula.
3. Catatan Keaktifan Santri dan Keluar
Bermasalah
Setiap pesantren
hendaknya memiliki buku khusus tentang catatan keaktifan santri dalam mengikuti
kegiatan pesantren. Yang bertugas memegang buku catatn ini bisa ditentukan
secara fleksibel. Bagi pesantren yang santrinya masih puluhan dapat langsung
ditangani pengurus pesantren. Untuk pesantren yang santrinya mencapai ratusan
atau bahkan ribuan dapat ditangani pengurus komplek atau pengurus kamar. Hal
ini dimaksudkan untuk memantau perkembangan setiap santri, termasuk prilaku
mereka yang bermasalah.
Khusus menyangkut
santri yang nakal atau bermasalah, catatan ini sangat bermanfaat untuk memantau
perkembangan mereka dari waktu ke waktu. Selama ini, tidak adanya catatan
aktivitas santri yang tergolong nakal atau bermasalah cukup membuat repot
pihak-pihak pesantren. Biasanya hal ini berdampak pada pengeluaran santri
secara terhormat dari pesantren, sementara ia adalah santri yang bermasalah.
Cara ini jelas kurang tepat, bukankah pesantren berfungsi untuk mencetak
generasi yang berakhlak mulia? Terkecuali jika dengan adanya catatan yang
berfungsi untuk memantau perkembangan santri tersebut nyatanya tidak berhasil,
terpaksa pesantren harus membuat surat keterangan bahwa pihak pesantren tidak
mampu lagi membimbing santri tersebut dan yang bersangkutan dinyatakan keluar
bermasalah. Fungsi surat ini adalah sebagai pertimbangan orang tua dan pesantren
lain yang akan dituju santri bermasalah tersebut sebagai tempat pindahan.
4.
Pola Pembinaan Santri
Selain melalui
kegiatan belajar mengajar, santri juga dibina melalui berbagai kegiatan ekstra
kulikuler. Kegiatan itu antara lain: organisasi, menejemen, ekonomi, ataupun
masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari santri setelah
menyelesaikan pendidikan dan kembali ke masyarakat. Terdapat 4 pola pembinaan
antara lain:
a.
Membina santri dan membimbing santri yang mempunyai problem agar mereka bisa
mengatasi persoalannya.
b.
Memberikan tugas-tugas yang dapat mendorong santri memiliki semngat.
Militasi, kreatifitas, loyalitas, dan jiwa dedikasi yang tinggi.
c.
Meningkatkan ubudiyah para santri melalui penyelenggaraan shalat tahajud.
Puasa sunnah, pembinaan membaca Al-Quran, dll.
d.
Pengarahan dan pembinaan kehidupan para santri
Untuk membina
santri dibentuklah organisasi pelajar, organisasi tersebut semacam OSIS di
sekolah umum. Organisasi ini dijadikan wahana pelatihan kepemimpinan dan
pengembangan kreatifitas para santri. Periode kepengurusan organisasi ini bisa
juga satu tahun ajaran. Kegiatan organisasi ini hampir mencakup segala aspek
kegiatan pondok. Seperti kegiatan usaha, pengajaran, perpustakaan, keuangan,
maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah konsumsi dan penerimaan tamu.
Disamping itu dalam membina persaudaraan antar alumni khususnya dan membina
umat pada umumnya.
5.
Kegiatan
Santri
Kegiatan santri di dalam asrama biasanya dikoordinasi dan
ditangani oleh pengasuh santri, sebagai perpanjangan tangan pengasuh
Pondok(Kyai) dalam membina dan mendidik santri. Kegiatan santri
di asrama ini biasanya melalui organisasi santri. Badan pengasuhan santri di
pondok-Pondok Pesantren yang berkategori Salafiyah biasanya ditangani oleh
organisasi santri dan kepala asrama (lurah pondok). Organisasi santri ini juga
membawahi beberapa bagian, salah satunya bagian keamanan dan organisasi asrama.
Kagiatan santri disini ada 2 priode kegiatan yaitu :
1) Kegiatan
Harian Pondok Pesantren Sukamiskin
a. 04.00 - 05.00 Bangun Shalat Subuh
b. 05.00 - 06.00 Pengajian Shubuh
c. 06.00 - 07.00 Mandi, Sarapan, Shalat
Dhuha
d. 07. 00
- 12. 30 Masuk Kelas Belajar ( Sekolah)
e. 12.30 - 13.00 Shalat Dzuhur Berjamaah
f. 13.00 -
14.00 Makan Siang, Istirahat
g. 14.00 -
15.00 Pengajian Siang
h. 15.00
- 16.00 Shalat Ashar
Berjamaah16.00 - 17.00 Pengajian Sore
i.
17.00 - 17.30 Makan Sore, Istirahat,
Mandi
j.
17.30 - 19.30 Shalat Magrib, Tadarus
Al-Qur’an
k. 19.30 - 20.00 Shalat Isya Berjamaah
l.
20.00 - 21.00 Pengajian Malam
m. 21.00 - 22.30 Istirahat, Kuliah Malam
(Khusus Bagi Santri Bari/Lama)
n. 22.30 - 04.00 Istirahat Tidur
2) Kegiatan
Mingguan Pondok Pesantren Sukamiskin
a. Pertamsilan (Pembelajaran Dakwah &
kreasi Seni)
b. Muhadatsah Bahasa Inggris dan Bahasa
Arab
c.
Majlis Ta’lim Ibu-Ibu
d.
Sholawat (Al-Barzanjy)
e.
Hafalan Dalil Qur’an dan Hadits
f.
Pengembangan Diri (Kesenian, Da’i dll)
g.
Majlis Ta’lim bapak-bapak
h.
Kerja bakti
3) Kegiatan
Tahunan Pondok Pesantren Sukamiskin
a.
Ulangan Kwartal Awal
b.
Ulangan KwartalAkhir
c.
Imtihan/Kenaikan Kelas
d.
Hari Besar Islam
e.
Liburan Kwartal
f.
Liburan Kenaikan Kelas
g.
Pakanci (Pekan Musabaqoh Santri)
h.
Pasaran Reunian.
6.
Pengaturan Asrama Santri
Penyelenggaraan
asrama untuk santri di Pondok Pesantren salafiyah berbeda dengan
penyelenggaraan asrama di Pesantren jenis kholafiyah, apa lagi asrama bagi pelajar.Berdirinya
asrama untuk para santri yang lazim disebut dengan Pondok Pesantren biasanya
bermula dari adanya seorang kyai yang alim yang relatif menguasai ilmu-ilmu
agama islam yang menetap di suatu tempat (bermukim). Kemudian datanglah santri-santri yang ingin belajar kepadanya dan turut
pula bermukim ditempat tersebut. Karena banyaknya santri yang datang maka
mereka pun berupaya mendirikan Pondok di sekitar rumah kyai atau santri.
Pengelolaan asrama
di Pesantren biasanya dipimpin oleh seorang ketua yang lazim disebut dengan
kesantrian yang dilengkapi dengan dengan susunan kepengurusan dan dibantu
seksi-seksi sesuai kebutuhan. adapun dalam menentukan pembagian asrama/ kamar
santri ini bisa di kelompokkan berdasarkan asal wilayah dan daerahnya, atau
juga berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh. Seorang ketua asrama
biasanya dari santri senior yang dipilih secara demokratis oleh
perwakilan-perwakilan dari tiap-tiap kamar asrama. Calon-calon ketua yang akan
dipilih adalah mereka yang telah mendapat restu dari kyainya. Atau seorang
ketua asrama bisa ditunjuk langsung oleh kyainya, sedang para pembantunya
diserahkan kepada ketua untuk memilih. Masa jabatan pengurus tergantung aturan yang
ditetapkan Pesantren masing-masing.
7. Pengaturan Makan Santri
Sistem makan di PondokPesantren
salafiyah Sukamiskin sudah diatur dengan adanya
Cateringumumnya para santri. Di Pesantren jenis
ini para santri dikenakan berbagai biaya termasuk uang makan tiap bulannya,
mereka jelas harus makan di asrama dalam satu koordinasi, bahkan hampir semua
jenis kebutuhan santri dari makan, alat-alat kebutuhan belajar hingga pakaian
telah tersedia, mereka harus membeli semua kebutuhan di asrama. Sebenarnya
pengkoordinasian secara penuh dalam segala aspek kebutuhan santri di asrama,
selain yang mengarah dan relevan dengan pendidikan akan berdampak negatif, akan
terganggunya kreatifitas, jiwa demokrasi dan hubungan sosial kemasyarakatan
bagi para santri yang merupakan bagian dari ruh Pondok Pesantren.
8. Administrasi Kelulusan Santri
Administrasi
kelulusan santri sangat berguna untuk mendeteksi kelulusan dan alumni
pesantren. Dalam hal ini pembuatannya disesuaikan dengan tipe-tipe pesantren:
a.
untuk tipe pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan
kurikulum nasional, maka pencatatannya disesuaikan dengan tahun kelulusan
madrasah atau sekolah.
b.
Untuk tipe pesantren yang menyelenggarakan pendidikan klasikal dengan
kurikulum lokal, pencatatannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan pesantren
yang berlaku.
c.
Untuk tipe pesantren yang menyelenggarakan program paket A,B, dan C serta
yang masih menyelenggarakan sisitem pengajian kolosal, pencatatan kelulusannya
disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan santri.
9.
Evaluasi Santri
Dalam setiap
pondok pesantren hendaknya ada evaluasi terhadap santrinya, hal ini bisa
dilakukan kapan saja, baik itu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, atupun
juga setiap tahun. Adapun bentuk evaluasinya bermacam-macam, bisa dengan ujian
baik itu lisan atau perbuatan atau juga bisa dilakukan dengan pengamatan
tingkah laku santri dalam kesehariannya. Hal ini mempunyai tujuan diantaranya
adalah
a.
Untuk mengatahui kemampuan santri dalam menyerap ilmu
b.
Untuk menentukan prestasi santri
c.
Untuk mengetahui perubahan paradikma berfikir dan tingkah laku santri dalam
keseharian
d.
Untuk mengetahui kekurangan proses pembelajaran dalam pondok pesantren.
Berdasarkan sangat berkaitan dengn manajemen strategis
pembentukan SDM santri, bahwa pengelolaan pesntren dalam pembinaan akhlak
santri sangat penting dalam kaitannya dengan dunia persantren, dapat di
implementasikan untuk meningkatkan faktor internal SDM pesantren (guru, santri
dan keluarganya). Yaitu merumuskan perencanaan-perencanaan konkrit dalam
menggali potensi dunia pesantren dengan hal-hal;
Pembinaan kepribadian santri yang
paripurna (santri’s personal exellence), Pembinaan
keluarga santri yang paripurna (santri’s family exellence), dan membentuk
kebiasaan yang positif (life’s santri exellence).
1. Santri’s Personal
Exellence.
Santri
merupakan suatu komponen masukan dalam system pendidikan, yang selanjutnya
diproses dalam proses pendidikan pesantren, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan,
santri dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial,
pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif / paedagogis.
2.
Pendekatan Sosial.
Santri
adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota
masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam
lingkungan keluarga pesantren, masyarakat sekitarnya dan masyarakat yang lebih
luas. Santri perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya
dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Dalam konteks
inilah, santri melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan
masyarakat sekitar pesantren. dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang
terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan
pengalaman langsung.
3. Pendekatan Psikologis.
Santri
adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Santri memiliki
berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, minat, kebutuhan,
sosial-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniyah. Potensi-potensi itu perlu
dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah pesantren,
sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan
menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni
adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan
itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional,
spiritual, yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
4.
Pendekatan Edukatif / Paedagogis.
Pendekatan
pendidikan menempatkan santri sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan
kewajiban dalam rangka system pendidikan menyeluruh dan terpadu. Dalam
Undang-undang Pendidikan Nasional, setiap peserta didik pada suatu satuan
pendidikan mempunyai hak-hak berikut:
a.
Mendapatkan perlakuan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
b.
Mengikuti program pendidikan
yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan
kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu
yang telah dibakukan.
c.
Mendapat bantuan fasilitas
belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
d.
Pindah ke satuan pendidikan
yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan
penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan yang hendak dimasuki.
e.
Memperoleh penilaian hasil
belajarnya.
f.
Mendapat pelayanan khusus bagi
yang menyandang cacat
Berdasarkan yang diatas, tampak jelas bagaimana tingkat
pengakuan terhadap santri sebagai peserta didik, yang tentunya harus
dilaksanakan pula dalam praktik pendidikan di sekolah-sekolah pesantren.
B.
Bentuk Pengembangan Santri
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi memberikan dampak tertentu terhadap system pengajaran, sehingga
pengajaran beralih pendekatannya dari cara lama ke cara baru. Beberapa bentuk
perubahan dalam pendekatan tersebut di jelaskandalam uraian berikut ini:
1. Pengajaran Baru
Perkembangan dalam filsafat pendidikan,
psikologi pendidikan, dan kemajuan dalam berbagai bidang keilmuan pada
gilirannya mengembangkan kesadaran di kalangan para pendidik dan tenaga
kependidikan mengenai perlunya dilaksanakan prinsip-prinsip belajar mengajar
baru, antara lain sebagai berikut:
a.
Pendidikan bukan hanya
mempersiapkan santri atau peserta didik untuk hidup sebagai orang dewasa,
melainkan membantu mereka agar mampu hidup dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Para santri sebaiknya dididik
sebagai suatu keseluruhan dan menempatkan mereka sebagai unit organisme yang
hidup yang sedang tumbuh dan berkembang.
c.
Pendidikan bertujuan untuk
memperbaiki kualitas kehidupan dalam rangkaian pengembangan sumber daya manusia
yang bermutu.
d.
Para santri belajar dengan
berbuat dan mengalami langsung serta keterlibatan secara aktif dalam lingkungan
belajar.
e.
Belajar dilakukan melalui
kesan-kesan penginderaan yang menumbuhkan tanggapan yang jelas dan nyata, yang
pada gilirannya diproses menjadi informasi dan pengetahuan.
f.
Proses belajar dan keberhasilan
belajar dipengaruhi bahkan bergantung pada kemampuan (abilitas) masing-masing
individu santri
g.
Belajar adalah suatu proses
yang berkesinambungan bahkan berlangsung seumur hidup, baik secara formal, maupun
non formal.
h.
Kondisi sosial dan alamiah
turut menentukan dan berpengaruh dalam penyusunan dan pelaksanaan
situasi-situasi belajar.
i.
Motifasi belajar hendaknya
bersifat intrinsik, orisinaldan alamiah.
j.
Pengajaran hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan individual.
Hubungan
antara guru dan santri, dan antara santri dengan santri lainnya dilaksanakan
melalui kerjasama atau proses kelompokyaitu :
a.
Metode, isi, dan alat
pengajaran besar pengaruhnya terhadap proses belajar santri. Pengajaran
konvensional. Pengajaran konvensional menitik beratkan pada perkembangan
intelektual melalui cara belajar ingatan mengenai hal-hal yang telah dibaca dan
tugas-tugas yang telah dikerjakan. Pengetahuan yang telah diperoleh langsung
dapat ditransferkan ke dalam situasi kehidupan. Perencanaan belajar dan
perkembangan aspek-aspek keterampilan, sosial, sikap dan apresiasi kurang
mendapat perhatian.
b.
Pengajaran baru tidak hanya
bertujuan mengembangkan aspek intelektual tetapi juga meliputi:pengembangan
aspek-aspek jasmaniah, sosial, emosional, dan lain-lain. Untuk itu digunakan
bermata ajaran dan sumber bacaan. Guru berupaya mencegah timbulnya frustasi
pada diri santri dengan cara menyesuaikan bahan pelajaran dengan minat
individu, mengurangi kemungkinan terjadinya persaingan dan pertentangan. Santri
belajar hidup dalam kelompok sosial. Pendidikan jasmani juga dikembangkan.
Pendek kata, pendidikan terhadap santri dilakukan secara keseluruhan.
c.
Menghormati Individu Santri.
Pengajaran
baru memandang santri sebagai individu dan belajar secara individual. Karena
itu wajar sebagai suatu individu, tiap santri harus berinisiatif dan
bertanggung jawab atas pengalaman dan kesehatan pribadinya. Mereka harus
percaya diri dan mengintegrasikan dirinya sendiri. Implikasi dari sikap
menghormati diri santri ialah pengajaran harus realistik, belajar dengan
berbuat, hubungan akrab antara guru dan santri dan kerjasama serta simpati,
serta mencegah masalah disiplin.
d.
Pengembangan Pribadi.
Pengajaran
konvensional cenderung menjadi faktor yang menjadi penyebab terjadinya
perkembangan pribadi yang tidak stabil dan kesehatan mental kurang, dikarenakan
rasa rendah diri sebagai akibat kondisi sekolah yang kurang menguntungkan bagi
santri.
Kondisi
tersebut diubah melalui pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi
yang sehat dan seimbang, dengan cara pemilihan metode dan bahan, pemberian
kesempatan untuk berhasil, menghindarkan terjadinya rasa cemas, menciptakan
situasi yang memungkinkan siswa berperan serta berdasarkan keinginan dan
minatnya.
e.
Metode dan Teknik Mengajar.
Pengajaran
baru dengan tanpa mngesampingkan penggunaan metode ceramah dan resitasi, namun
lebih menitik beratkan penggunaan metode yang lebih banyak memberikan peluang
bagi santri untuk berperan serta aktif dalam kegiatan-kegiatan belajar yang
bertujuan dan bermakna baginya. Guru memberikan bimbingan, arahan, fasilitas
lingkungan belajar, memupuk kerjasama dalam proses kelompok, berlatih
menerapkan hasil belajar, memberikan tantangan dan motifasi belajar, dan
menilai / mengukur kemajuan belajar siswa berdasarkan pola pertumbuhannya,
bukan semata-mata berdasarkan derajat penguasaan pengetahuan saja.
f.
Konsep Masalah Disiplin.
Pembinaan
disiplin kelas berangkat dari pandangan tentang hakikat anak sebagai suatu
organisme yang sedang berkembang. Mereka perlu belajar bertanggung jawab atas
tingkah lakunya. Guru memberikan kesempatan baginya untuk berlatih membuat
keputusan dan melakukan control diri. Santri yang malas atau melanggar
ketertiban bukan dihukum, melainkan diberikan bimbingan dan melakukan kerja
kelompok. Pendekatan ini berbeda dengan apa yang dilaksanakan dalam pengajaran
gaya lama, yang lebih banyak memberikan hukuman dan paksaan, khususnya yang
bersifat hukuman fisik, dengan guru yang bertindak secara otoriter.
g.
Pengukuran dan Evaluasi.
Pengukuran
dan evaluasi ditujukan untuk mengetahui tingkat perkembangan dan diarahkan
terhadap semua aspek pribadi santri, bukan hanya terhadap aspek penguasaan
pengetahuan belaka. Instrumen penilaian yang digunakan disesuaikan dengan
tujuan dan aspek yang hendak dinilai, dengan menggunakan tes bentuk essay dan
tes bentuk obyektif, serta instrument non tes yang relevan.
Tanggung
jawab melakukan penilaian terletak pada kelompok guru, bukan pada satu orang
guru saja, bahkan santri mendapat kesempatan untuk melakukan penilaian diri
sendiri. Penilaian dilaksanakan baik terhadap hasil belajar santri maupun
terhadap system pembelajaran itu sendiri.
h.
Penggunaan Alat-alat Audio
Visual.
Alat-alat
audio visual merupakan alat Bantu bagi guru dan santri untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas belajar mengajar. Pengajaran masa lampau telah mulai
menggunakan alat-alat tersebut kendatipun masih terbatas pada alat-alat yang
sederhana saja, seperti: media grafis, buku bacaan, gambar dan obyek nyata.
Dewasa ini penggunaan alat-alat audio visual telah menggunakan teknologi maju
berupa elektronik, seperti: slide, film strip, film, rekaman, video cassette,
bahkan televisi pendidikan. Bentuk apapun alat audio visual yang digunakan,
namun tetap sebagai alat Bantu, dan bukan menjadi pesaing atau pengganti guru.
2.
Santri’s Family
Exellence
Keluarga sebagai unit sosial terkecil
dalammasyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangkamenanamkan
norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilakuyang dianggap penting
bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam hadits rasulullah SAW
dikatakan yang artinya ;Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapankepada
anak-anaknya, demikian juga Ya’kub. Ibrahim berkata: haianak-anakku,
sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, makajanganlah kamu mati
kecuali dalam keadaan Islam.
Secara garis besar pendidikan dalam
keluargadapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Pembinaan Akidah dan Akhlak
Mengingat
keluarga dalam hal ini lebih dominanadalah seorang anak dengan dasar-dasar
keimanan, ke-Islaman, sejakmulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka
al-Ghazali memberikanbeberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan
keimanan dengancara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses
pemahamandiawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d
al-Hifdzi).Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh
dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini.
Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah merekaatau anak-anak
kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telahAllah peringatkan dalam
al-Qur’an yang berbunyi:Artinya: jagalah diri kalian dan keluargakalian dari
panasnya api neraka Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasardalam
bukunya. Pertama, senantiasa membacakan kalimat Tauhid padaanaknya. Kedua,
menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya.Ketiga, mengajarkan al-Qur’an
dan keempat menanamkan nilai-nilaipengorbanan dan perjuangan.
Akhlak
adalah implementasi dari iman dalamsegala bentuk perilaku, pendidikan dan
pembinaan akhlak anak.Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari
orang tua.Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan
antaraibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakanbahwa
setiap individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikanteladan
ataupunidola bagi mereka.
b. Pembinaan Intelektual
Pembinaan
intelektual dalam keluarga memgangperanan penting dalam upaya meningkatkan
kualitas manusia, baikintelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang
berkualitasakan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah
sebagaimanafirman-Nya dalam surat al-Mujadalah yang artinya: Allah akan
mengangkat derajatorang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu
diantarakalian.
Nabi
Muhammad juga mewajibkan kepadapengikutnya untuk selalu mencari ilmu sampai
kapanpun sebagaimanasabda beliau yang berbunyi:Artinya: mencari ilmu adalah
kewajiban bagimuslim dan muslimat.
c. Pembinaan Kepribadian dan
Sosial
Pembentukan
kepribadian terjadi melalui prosesyang panjang. Proses pembentukan kepribadian
ini akan menjadi lebihbaik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta
reproduksinalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatarbelakanginya. Mengingathal
ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjagaemosional diri dan
jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanyaKewajiban orang tua untuk
menanamkan pentingnya memberi supportkepribadian yang baik bagi anak didik yang
relative masih muda danbelum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik,
hal ini cocokdilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan
santundalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisadengan
mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak sianak dapat
menghormati orang yang lebih tua darinya.
3.
Life’s Santri Exellence
Diantaranya ada Tujuh ( 7) Karakter Santri Yang
Efektif
a.
Jadilah Proaktif
Bersikap
proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif
artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa
sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan
prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan.
Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak
menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang
lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia
manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak
bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan
perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka
sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.
b.
Merujuk pada Tujuan Akhir
Segalanya
diciptakan dua kali – pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu,
keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan
terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka
bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas
dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai,
hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri
dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu
pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang
dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan
misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya.
Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari
kepemimpinan.
c.
Dahulukan yang Utama
Mendahulukan
yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama
artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan
secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan
prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama
tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada
apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan
diutamakannya hal yang utama.
d.
Berusaha untuk Memahami
Terlebih dulu, Baru Dipahami
Kalau
kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk
menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau
orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka
diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi
lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha
dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara
keduanya.
e.
Wujudkan Sinergi
Sinergi
adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu,
melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing.
Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan
peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan
masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini
mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan
kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka
kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).
f.
Mengasah Gergaji
Mengasah
gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang
kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan
inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan
efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi,
pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau
kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang
baru. Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat
kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk
tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.
BAB IV
RANGKAIAN KEGIATAN PRAKTEK PROFESI MAHASISWA
A. Dasar Pemikiran
Seorang
mahasiswa bisa mendapatkan suatu materi dari perkuliahan melalui dosen yang
bersangkutan. Akan tetapi, ada banyak hal yang tidak mudah untuk dipahami
secara langsung dari perkuliahan, yaitu praktikum yang membutuhkan aplikasi
nyata dari materi-materi yang telah diajarkan. Perkuliahan yang dilakukan di
ruangan dan praktikum yang dilakukan di kelas saja tidak cukup untuk
menjadi bekal bagi mahasiswa di masa yang akan datang. Oleh karena itu,
diperlukan suatu pembelajaran yang nyata dari lembaga ataupun industri agar
dapat dijadikan pengalaman yang berharga dan menciptakan mahasiswa yang
berkompeten sesuai dengan bidangnya, sehingga kemampuannya tidak akan diragukan
ketika terjun ke dunia luar.
Dan
tentunya Proses pembelajaran dalam pengembangan suatu kajian keilmuan, haruslah
disertai kesinambungan antara dasar nilai teoritis yang kemudian ditunjang
dengan analisis dan praktik lapangan, sehingga akan menghasilkan keilmuan yang
sesuai dengan kebutuhan di setiap zamannya.
Terlebih,
alangkah lengkapnya apabila semua pengkajian direlevansikan dengan kondisi
objektif lapang karena pada prinsipnya setiap kebutuhan akan berkembang dengan
permasalahannya. Salah satu permasahan yang dimaksud diatas adalah pengelolaan
di Pondok Pesantren Sukamiskin.
Jurusan
Manajemen Dakwah adalah sebuah jurusan yang memfokuskan pengkajiannya pada
tujuh ranah atau garapan, diantaranya tentang berangkat atas dasar dan
analisa tersebut, maka di tugaskan oleh pembimbing untuk melakukan kegiatan Praktek
Propesi Mahasiswa (PPM) di Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin Kota Bandung.
Dan yang terpenting dari kegiatan ini adalah sebagai bagian dari kurikulun
perkuliahan di jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. dengan kajian ke ilmuan Manajemen Kelembagaan
Islam.
B. Nama Kegiatan
Nama
dari kegiatan ini adalah Praktik Propesi Mahasiswa (PPM) di Yayasan Pondok
Pesantren Sukamiskin Kota Bandung, Jln. Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8
Rt/Rw 01/04 Kel. Sukamiskin Kec. Arcamanik Kota Bandung Tentang:
Upaya Pengeolaan Pesantren Dalam
Pembinaan Akhlak Santri Di Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin
C. Waktu Kegiatan
Waktu
Kegiatan akan dilaksanakan selama 1 bulan lebih, terhitung mulai dari tanggal
10 juni 2013 sampai pada tanggal 28 Juli 2013 dengan agenda
kegiatan yang berbeda.
D. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari
kegiatan ini meliputi:
1. Sebagai pemenuh syarat akademis
perkuliahan di jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Sunan Gunug Djati Bandung.
2. Menambah wawasan keilmuan mahasiswa
Manajemen Dakwah khususnya pada ranah manjemen Kelembagaan Islam dengan
peraktek langsung di lapangan terkait masalah input,proses dan
output.
3. Sebagai upaya penyesuaian antara
nilai teoritis dengan praktek.
E. Ketentuan Kegiatan
1. Pihak mahasiswa bersedia melengkapi
persyaratan administrasi yang telah ditentukan dan disepakati oleh pihak
responden Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin Kota Bandung.
2. Kegiatan ini berdasarkan atas
kesepakatan antara pihak mahasiswa dengan pihak responden Yayasan Pondok
Pesantren Sukamiskin Kota Bandung, yang didukung penuh oleh pihak
akademis.
3. Apabila Selama Kegiatan ada hal-hal
yang menyalahi aturan maka pihak responden Yayasan Pondok
Pesantren Kota Bandung berhak memberikan peringatan, pengarahan, dan
mengajukan sanksi.
4. Setelah selesainya kegiatan ini,
maka pihak mahasiswa berhak mendapatkan surat keterangan dari pihak responden Yayasan
Pondok Pesantren Kota Bandung, sebagai tanda bukti telah melaksanakan
kegiatan.
F. Langkah-langkah Kegiatan
Kegiatan ini
tersusun atas empat langkah yang terinci sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini meliputi, penentuan
objek praktik, melengkapi administrasi, dan mempersiapkan perangkat lainnya.
2. Praktek Langsung
Setelah tahapan pertama terpenuhi
maka mahasiswa akan melakukan praktek langsung dengan ketentuan yang telah
disepakati bersama.
3. Penyusunan Hasil Praktek
Penyusunan
Hasil Praktek ini dimaksudkan pada saat kegiatan telah selesai maka sebagai
bahan laporan hasil dari kegiatan yang akan di ujikan maka akan dilakukan
proses penyusunan data hasil kegiatan.
4. Evaluasi
Yang
dimaksud evaluasai pada langkah ini yakni bentuk evaluasi yang dilakukan oleh
dosen pembimbing dan pihak responden Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin
Kota Bandung, terhadap mahasiswa selama kegiatan berlangsung hingga
selesai.
5. Pengujian Hasil Kegiatan
Dari keseluruhan bentuk kegiatan
yang telah dilakukan oleh mahasiswa maka hasil yang diperoleh dari kegiatan ini
akan diseminarkan.
G. Teknis praktek Lapangan
Teknis Praktek lapangan ini terinci
atas uraian kegiatan praktek yang dilakukan selama satu bulan lebih di
Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin Kota Bandung, dengan rincian
sebagai berikut :
No
|
Jenis Kegiatan
|
Tempat Kegiatan
|
1.
|
Silaturahmi Dengan Pihak Yayasan
Ponpes Sukamiskin
|
Yayasan
Ponpes Sukamiskin
|
2.
|
Obsevasi
|
Yayasan
Ponpes Sukamiskin
|
3.
|
Wawancara
|
Yayasan
Ponpes Sukamiskin
|
4
|
Ikut Berpartisipasi/Membantu
Pekerjaan Dalam Kegiatan Yayasan Ponpes Sukamiskin
|
Yayasan
Ponpes Sukamiskin
|
|
Proses Pengumpulan Data
|
Yayasan
Ponpes Sukamiskin
|
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demikianlah sedikit uraian tentang
santri.Pesantren dalam
menghadapi perubahan dituntut melakukan kontekstualisasi tanpa harus
mengorbankan watak aslinya selaku institusi pendidikan keagamaan dan social. Pengembangan
lembaga ini sebagai wadah komunisikasi, dialog dan latihan serta pengabdian
kemasyarakatan santri baik yang masih menempuh pendidikan maupun yang sudah
menyelesaikan pendidikan serta para alumni yang telah mendapatkan pekerjaan di
luar pesantren. Pesantren diakui sebagai salah satu pendidikan keagamaan yang
sudah kuat mengakar di masyarakat, hal ini terbukti dari sejarah yang
melingkupinya dari sebelum kemerdekaan sampai sekarang masih dapat bertahan dan
berkiprah di pentas nasional. Ini terjadi karena pesantren lebih simple dalam
menggapai cita dan impiannya yakni sekedar memberikan pelajaran agama pada
santri.
Peranan ini dimulai dengan mengembangkan paradigma pengelolaan pesantren
menuju pemikiran dan arah pendidikan yang sistematis berkesinambungan, dinamis
dan kompreherensif. sistematis artinya arah pendidikan lebih disusun dalam tahapan-tahapan
pencapaian yang tersusun dalam satu perencaan dan monitoring evaluasi yang
baik. Berkesinambungan artinya, arah pendidikan dipadukan dengan berbagai
perkembangan keilmuan yang terus berkembang tanpa membatasi diri pada satu
keilmuan agama yang sifatnya individualistik, namun juga pada keilmuan agama
yang sifatnya sosial. Dinamis artinya, arah pendidikan lebih inklusif, terbuka
dan terus mobil tidak terjebak pada satu pemikiran mazhab saja namun dapat
menelaah dan mengembakan pemikiran mazhab yang sudah ada sebab ia bukanlah ilmu
harga mati yang tidak dapat dikritik. Kompreherensif artinya arah pendidikan
lebih dikembangkan pada pembahasan perkembangan ilmu sebab pada dasarnya sumber
ilmu itu satu yakni al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW.
B. SARAN
Dengan tersusunnya
Desain Praktik Propesi Mahasiswa ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Maka dari itu,
penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat memberi saran dan kritik demi
perbaikan selanjutnya. Dan semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Bandung,
24 Juni 2013
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
v Azyumardi Azra
dalam Jurnal Pondok Pesantren Mihrab, vol. II No. 2 November 2007.
v
Amin Haedari, Ishoma El-Saha. 2006. Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah.
Jakarta: Diva Pustaka. Hlm. 48
v SAmin Haedari, Ishoma El-Saha. 2006. Peningkatan Mutu Terpadu
Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Diva
Pustaka. Hlm. 49
v Departemen Agama. 2007. Direktori pesantren. Jilid 2
v Fatah, Rohadi Abdul, dkk. 2005. Rekonstruksi
Pesantren Masa Depan. Jakarta: PT.
Listafaka Putra. Hlm. 118
v Haedari, Amin, Ishoma El-Saha. 2006. Peningkatan Mutu Terpadu
Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta:
Diva Pustaka.
v Masud
Abdurrahman; Dinamika Pesantren dan Madrasah;2002, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
v Mastuhu, 1999,
Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam Ciputat : PT Logas Wacana Ilmu.
v Maksum,1999,
Madrasah Sejarah dan Perkembangannya , PT Logas Wacana Ilmu.
v Nurcholis Madjid,
1977, Bilik-bilik pesantren, sebuah potret perjalanan; Jakarta:Paramadi
v Rohadi Abdul Fatah, dkk. 2005. Rekonstruksi
Pesantren Masa Depan. Jakarta: PT.
Listafaka Putra. Hlm. 118
0 komentar:
Posting Komentar