Selasa, 23 Agustus 2016

UPAYA PENGEOLAAN PESANTREN DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUKAMISKIN





FORMAT DESAIN PPM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Mahasiswa

Oleh :
Ucke Halimah            (1210403034)
Susi Susanti                (1210403051)
Syamsudin Nobisa     (1210403052)
Vicky Putri Nabila    (1210403055)
Luki Lukmanul H     (1210403058)


Description: images (1).jpg

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan desain PPM ini tepat pada waktunya. Kemudian shalawat dan salam kami sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, yang dengan izin Allah telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan desain ini.Tidak Lupa Penyusun mengucapakan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan ini antara lain :
1.      Orang tua tercinta
2.      Drs. Syaeful Anwar, selaku ketua jurusan Manajemen Dakwah.
3.      Dr. Dewi Sadiah. M.P.d, selaku dosen pembimbing Praktek Profesi Mahasiswa (PPM).
4.      Kepada Bpk K.H.RAbdul Azis Haidar, selaku PimpinanYayasan Pondok Pesantren Sukamiskin.
5.      Dan juga pihak responden Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin.
6.      Beserta seluruh rekan-rekan seperjuangan yang bersama-sama melaksanakan Praktek Propesi Mahasiswa (PPM).
Laporan desain ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada tugas akhir. Kami mengambil judul dalam desain PPM yaitu berjudul:UPAYA PENGEOLAAN PESANTREN DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUKAMISKIN
Adapun tujuan dari pembuatan desain PPM ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang materi pembelajaran Teknik Penglolaan dalam Dakwah dengan mencoba memberikan gambaran terhadap tahapan  pengelolaan akhlak santri dibidang dakwah dalam lingkup pondok pesantren.
Dalam penyusunan Desain PPM ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan baik yang bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak. Mudah-mudahan atas segala bantuan dan kebijakan yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Penulis berharap semoga Desain PPM ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan format desain PPM ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi peningkatan karya ini, semoga bermanfaat.










Bandung, 23 Juni2013

Penulis





KATA PENGANTAR....................................................................................... i   
DAFTAR ISI   ......................................................................................................... iii
BAB I  PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.    Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 5
C.     Tujuan Penulisan....................................................................................... 5
D.    Manfaat PenulisanSimakBaca secara fonetik..................................................................................... 5
E.     Pembatasan MasalahSimakBaca secara fonetik................................................................................. 5
F.      Metode Pengumpulan Data....................................................................... 6
G.    Sistematika penulisanBaca secara fonetik................................................................................ 6
BAB II KONDISI DAN LOKASI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUKAMISKIN BANDUNG       7
A.    Letak Geografis Yayasan Pesantren Sukamiskin...................................... 7
B.     Profil Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin......................................... 7
1.      Sejarah Asal Mula Nama Sukamiskin................................................... 8
2.      Masa Kepemimpinan K.H.R.A. Dimyati.............................................. 8
3.      Struktur organisasi Pondok Pesantren Sukamiskin .............................. 9
4.      Sarana dan prasarana Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin ........... 11
BAB III  PROGRAM PENGELOLAAN SANTRI DALAM MEMBINA AKHLAK SANTRISANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUKAMISKIN........ 13
A.    Bentuk-bentuk Metode Pembiasaan yang di Terapkan di PONPES........ 13
B.     Bentuk Pengembangan Santri................................................................... 23
BAB IV RANGKAIAN KEGIATAN PRAKTEK PROFESI
               MAHASISWA...................................................................................... 31
A.    Dasar Pemikiran ....................................................................................... 31
B.     Nama Kegiatan ......................................................................................... 32
C.    Waktu Kegiatan........................................................................................ 32
D.    Tujuan Kegiatan ....................................................................................... 32
E.     Ketentuan Kegiatan ................................................................................. 33
F.     Langkah-langkah Kegiatan ...................................................................... 33
G.    Teknis praktek Lapangan.......................................................................... 34
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 35
A.    Kesimpulan................................................................................................ 37
B.     Saran.......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 39
                                                                       


Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan proses interaksi dengan manusia lain sebab manusia tidak dapat hidup sendiri, juga tidak lepas dari hidup bermasyarakat, berkelompok dan bersama. Keadaan ini di karenakan kebutuhan manusia untuk saling berhubungan satu dengan yang lain serta tuntutan kehidupan yang tidak mungkin dipenuhi sendiri, sehingga menyebabkan timbulnya berbagai macam kelompok dalam masyarakat yang saling berinteraksi. Dalam proses interaksi dengan manusia lain, perlu adanya manajemen yang mengatur semua pola dan perilaku kehidupannya. Dalam konteks ini, Dadang suhardan (2011:87) mengatakan bahwa manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan maupun bersama orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Sebagai suatu sistem, hakikat manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan kegiatan bersama orang lain atau melalui orang dalam mencapai tujuan organisasi. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Stoner yang di kutip oleh Dadang suhardan (2011:86) manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan menggunakan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Dengan kata lain, manajemen merupakan suatu disiplin ilmu pengetahuan mengenai kemampuan dan keterampilan melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Seperti disinggung pada penjelasan di atas bahwa manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengawasi segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.  Dalam rangka mencapai tujuan organisasi itu tidak terlepas dari beberapa unsur atau elemen yang ada dalam manajemen.
Hampir setiap orang dalam usahanya memenuhi kebutuhan atau dalam usaha mencapai tujuan dipengaruhi secara mendalam oleh organisasi. Hal ini berarti menjelaskan bahwa hampir setiap orang dalam mencapai tujuan atau dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya melibatkan diri dalam kelompok. Pengorganisasian merupakan tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Peter F. Drucker pakar manajemen yang menjadi rujukan dunia bidang manajemen, sering mengungkapkan bahwa sebuah organisasi haruslah berbasis pengetahuan yang kuat. Karena sulit bagi sebuah organisasi akan berkembang menghadapi tantangan zaman kalau pengetahuannya tidak berkembang. dengan demikian pengetahuan akan melahirkan inovasi dan kreatifitas (Nurhasan Zaidi, 2009:3).
Jadi manajemen organisasi merupakan suatu perencanaan yang berhubungan dengan bagaimana seseorang dapat mengolah atau mengurus suatu rangkaian organisasi dari memilih anggota sampai penyelesaian masalah.
Dalam hal ini, berbagai literatur tentang organisasi dan manajemen telah memberikan gambaran tentang organisasi, dengan berbagai cara, tergantung segi tinjauan atau pedekatannya. Menurut Lg. Wursanto (2005: 43) organisasi dalam arti dinamis merupakan proses kerjasama antara orang-orang yang tergabung dalam suatu wadah tertentu untuk mencapai tujuan bersama seperti yang telah ditetapkan secara bersama pula. 
Menurut Dadang Suhardan (2011:70) organisasi adalah suatu sistem interaksi antar orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi dimana sistem tersebut memberikan arahan perilaku bagi anggota organisasi. Suatu kegiatan akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan apabila ditopang dengan pengorganisasian yang baik. Proses pengorganisasian ini sangat penting sebagai proses pembagian kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil dan sekaligus membebankan tugas-tugas tersebut kepada  orang yang sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Selain itu, proses pengorganisasian juga akan membantu mengalokasikan sumber daya dan mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Ditunjukan pula bahwa efektivitas organisasi dipandang sebagai batas kemampuan organisasi mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan operatif dan operasionalnya (M. Steers, 159: 1980).
Istilah organisasi mempunyai banyak sinonim. Lg Wursanto (2005:11) mengatakan bahwa istilah organisasi terbagi kedalam tiga sinonim, yaitu: institusi atau lembaga, birokrasi dan organisasi formal. Istilah tersebut menjadikan suatu organisasi kaya akan nama, sehingga dapat dipastikan bahwa manusia yang berkelompok dan besama-sama yang melakukan kegiatan termasuk kedalam bagian organisasi. 
Hal ini berlaku pada Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia. Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam berasrama (Islamic boarding school) yang biasanya juga disebut pondok saja. Para pelajar pesantren yang juga disebut sebagai santri belajar pada sekolah ini, sekaligus tinggal di asrama yang disediakan oleh pesantren. Pondok Pesantren (Ponpes) adalah sekolah pendidikan keagamaan yang persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Dalam mengelola pesantren perlu manajemen yang baik yang diawali dari proses penyusunan program, struktur organisasi, pengarahan/penggerakan, dan pengawasan.
Pesantren adalah suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen (Mujamil Qomar, 2010: 02). Dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memahami keaslian suatu pondok pesantren, setidaknya harus memenuhi lima elemen minimal yang ada, yaitu: (1) Pondok sebagai asrama santri, (2) Masjid sebagai sentral peribadatan dan pendidikan Islam, (3) Pengajaran kitab-kitab Islam klasik, (4) Santri sebagai peserta didik, dan (5) Kyai sebagai pemimpin dan pengajar di pesantren.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan  di Pondok Pesantren Sukamiskin Jln. Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04 Kel. Sukamiskin Kec. Arcamanik Kota Bandung
Pada tanggal 10 Juni 2013, penulis mendapatkan gambaran bahwa Pondok Pesantren Sukamiskin merupakan lembaga pendidikan Islam yang menyelenggarakan pendidikan dengan memadukan kitab klasik (kitab kuning).Mayoritas santri yang tinggal di Pondok Pesantren adalah dari berbagi daerah yang berbeda-beda. Berdasarkan fenomena di atas, maka sampai sejauh ini dapat di identifikasi permasalahannya menjadi: Bagaimana cara pengelolaan yang dibuat dalam organisasi pembinaan santri? Adakah temuan masalah dan kendala dalam implementasi program pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Sukamiskin?Bagaimana tahapan pengelolaan dakwah yang diterapkan di Pondok Pesantren SukamiskinDari hasil identifikasi masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkait masalah yang ada dalam pengelolaan organisasi Pondok PesantrenSukamiskin. Dan untuk penelitian lebih lanjut maka peneliti merumuskan dalam judul;  UPAYA PENGEOLAAN PESANTREN DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUKAMISKIN(Penelitian di Pondok PesantrenSukamiskin Jln. Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04 kel. Sukamiskin kec. Arcamanik Kota Bandung)”.



Dari uraian latar belakang, kami merumuskan masalah-masalah. Agar permasalahan yang akan dibahas lebih mengarah, maka kami merumuskannya sebagai berikut :
1.    Bagaimana cara pengelolaan yang dibuat dalam organisasi pembinaan santri?
2.    Adakah temuan masalah dan kendala dalam implementasi program pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Sukamiskin?
3.    Bagaimana tahapan pengelolaan dakwah yang diterapkan di Pondok Pesantren Sukamiskin?
Tujuan dari pada penulisan makalah ini diantaranya:
1.    Untuk mengetahuicara pengelolaan yang dibuat dalam organisasi pembinaan santri
2.    Untuk mengetahui  masalah dan kendala dalam implementasi program program pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Sukamiskin
3.     Untuk mengetahui tahapan  pengelolaan dakwah yang diterapkan di Pondok Pesantren Sukamiskin

D.  Manfaat PenulisanSimakBaca secara fonetik
     Penulisan Desain PPM ini mudah-mudahan bemanfaat bagi semua pihak yang memerlukan baikmahasiswa yang ingin mengetahui untuk menambah pengetahuan dan wawasan bahkan memperdalam pengetahuan tentang cara pengelolaan pembinaan santri tersebut, sebagai bahan kajian objektif untuk mengungkap dan memperdalam ide gagasan para ahli dakwah dan praktisi dalam memahami dunia dakwah serta melalui ilmu dan pengalamannya.

E.   Pembatasan MasalahSimakBaca secara fonetik
Desain ini membahas tentang pengeolaan pesantren dalam pembinaan akhlak santri di yayasan pondok pesantren sukamiskin. (Penelitian di Pondok Pesantren Sukamiskin Jln. Raya Timur (Ah. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04 Kel. Sukamiskin Kec. Arcamanik Kota Bandung)”.Bagaimana cara pengelolaan yang dibuat dalam organisasi pembinaan santri.Adakah temuan masalah dan kendala dalam implementasi program pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Sukamiskin. Bagaimana tahapan pengelolaan santri yang diterapkan di Pondok Pesantren yang lebih difokuskan ke dalam Bidang Dakwah.
a.  SimakBaca secara fonetikSimakBaca secara fonetikMetode Pengumpulan Data
               Data penulisan Desain ini diperoleh dari metode observasi, wawancara dan kepustakaan. Dengan demikian informasi-informasi objektif mengenai pembahasan Pengelolaan Santri yang diterapkan Pondok Pesantren Sukamiskin, sangat mudah diperoleh yang dikaitkan dengan studi pembahasan yang memberikan landasan kuat, logis sebagai arah dan pedoman dalam membahas permasalahan ini.
H.Sistematika penulisanBaca secara fonetik
1.1.               
Penulisan Desain ini, penulis klasifikasikan kedalam tiga bagian
yaitu sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, pembatasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan, dalam Bab II Kondisi dan lokasi Objek Dakwah yang terdiri dari : Profil lembaga, visi misi, sejarah, struktur organisasi, Bab III  Program Pengelolaan pesantern dalam membina akhlak santri.  Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan penulisan dan saran penulis dan Lampiran
.








Pondok Pesantrensukamiskin Jln. Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04 Kel. Sukamiskin Kec. Arcamanik Kota Bandung)”

Lokasi yayasan pondok pesantren sukamiskin terletak di Kota Bandung kearah timur, tepatnya di Jln. Ahmad Nasution Km. 8 Nomor 128 Bandung. Secara geografis, letak pondok pesantren ini cukup strategis, karena terletak di daerah yang rame di tepi jalan yang menuju ke Bandung di atas areal tanah kurang lebih 2 HA.
B.      Profil Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin
Description: C:\Users\awet\Downloads\SUKAMSKIN.jpg







Waktu observasi :        Di mulai dari tanggal 10 juni s.d 28 juli 2013
Tempat Observasi :      Di Pondok Pesantrensukamiskin Jln. Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04 Kel. Sukamiskin Kec. Arcamanik Kota Bandung)”.


1. Sejarah Asal Mula Nama Sukamiskin

Asal mula nama Sukamiskin adalah diambil dari rangkaian kata Bahasa Arab yaitu Suq dan Misk. Suq berarti pasar dan Misk berarti minyak wangi. Jadi secara lughowi diartikan “Pasar Minyak Wangi”. Nama tersebut sebagai pemberian langsung dari pendiri Pesantren Sukamiskin yaitu KH R Muhammad Alqo. Sebab memberi nama Pesantren dengan Suq Misk, karena berkenaan pada waktu itu Pesantren merupakan pusat pertama di Kota Bandung yang didatangi banyak orang untuk menuntut ilmu pengetahuannya di bidang agama khususnya. Dengan demikian pesantren makin dikenal baik di Kota Bandung maupun di Jawa Barat, sehingga seolah-olah pesantren itu sebuah pasar terkenal yang banyak dikunjungi orang dari tiap pelosok, yang harum semerbak dengan ilmu yang ia bawa dari pesantren itu.

2.   Sejarah Awal Pesantren Sukamiskin
Pondok Pesantren Sukamiskin yang didirikan oleh K.H. Raden Muhammad bin Alqo pada tahun 1881 M ini telah mampu mencetak berbagai alumni yang tersebar di berbagai pelosok. Tak sedikit diantara alumni tersebut yang telah mendirikan pondok pesantren sebagai wadah memanfaatkan ilmu yang didapatnya selama di Sukamiskin. Wajar saja, karena pada kenyataannya pesantren yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda ini merupakan pesantren tertua di Bandung.
3.   Masa Kepemimpinan K.H.R.A Dimyati
Setelah K.H.R. Muhammad Alqo mengakhiri hayatnya, pimpinan Pondok Pesantren beralih pada puteranya
K.H.R.A Dimyati beserta menantunya R.H.S. Anisah. Sebelum memimpin Pondok Pesantren pengalaman yang pernah ditempuh oleh K.H.R.A. Dimyati antara lain menuntut ilmu di Pesantren Kresek Garut yang kemudian bermukim di Mekah kurang lebih selama sembilan tahun, bersama –sama dengan K.H.A Sanusi almarhum (Pendiri dan Pembina Pesantren Gunung Puyuh Sukabumi). Pada masa beliaulah (periode ke II tahun 1910 M sampai 1946 M atau 1329 H sampai 1365 H) harum dan cemerlangnya nama Pesantren Sukamiskin di daerah Jawa Barat.
Pada periode ke II ini sebagai pembantu pimpinan K.H.R. Muhammad Chalil, saudaranya sendiri. Kurang lebih 36 tahun lamanya, Pondok Pesantren Sukamiskin mengalami kejayaan dan pada masa ini pula siswa Pesantren Banyak orang yang datang dari berbagai pelosok daerah Jawa Barat. Baru setelah beliau wafat, Pondok Pesantren mengalami kepakuman selama kurang lebih dua tahun, karena terhambat dengan adanya peperangan menjelang kemerdekaan Indonesia. Setelah negara aman kembali dan kemerdekaan pun sudah diproklamirkan, maka K.H.R Haedar Dimyati, putera dari K.H.R.A. Dimyati mulai merintis kembali ke Pondok Pesantren yang semula sudah mengalami kepakuman itu dan berhasil memulihkan kembali seperti keadaan semula walaupun dalam jangka waktu yang agak lama. Pondok Pesantren Sukamiskin pada periode ke III ini, keadaannya cukup baik walaupun tidak sebaik periode ke II.
4.   Struktur organisasi Pondok Pesantren Sukamiskin
            Susunan pengurus Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin
A.    Pendiri                                             : K.H. Muhammad bin Alqo (Alm)
B.     Badan Pengurus
1)      Penasehat                             :K.H Imam Shonhaji (Alm)
2)      Ketua                                   : K.H. Abdul Aziz Haedar
3)      Bendahara                           : Hj. Maemunah Haedar
4)      Sekertaris                             : Ust. M. Albar
5)      Rois Santri                           : Ust Iim Abdul Karim
C.     Bidang-bidang
1)      Bidang Pendidikan              : Ustadzah Ucu
2)      Bidang Tata Usaha              : Ust. Alfi
3)      Bidang Keagamaan             : Ustadzah Nisa Y A
4)      Bidang Perpustakaan           : Ust. Cepi
5)      Bidang Olahraga                 : Ust. Akmal
6)      Bidang Minat dan Bakat     : Ust. Jejen K
7)      Bidang Humas                     : Ust. Saeful Anwar
8)      Bidang Kesenian                 : Baety Rahmah

D.    Pendidikan dan Pengajaran
            Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin sebagai pendidikan dan pengajaran melalui dua sistem, yaitu:
a.       Sistem pendidikan non formal
b.      Sistem pendidikan formal
            Sistem pendidikan yang bersifat informal yaitu berlangsungnya proses pergaulan dan asuhan serta bimbingan di dalam lingkungan pondok pesantren tersebut, yakni anatara kiyai dengan dewan guru dan pengasuh pondok pesantren serta seluruh santri mukim, dimana mereka harus mentaati peraturan atau norma kepondokkan serta mengikuti fatwa-fatwanya dan menjalankan program-program pengajian kitab kuningyang telah disajikan.
Adapun yang bersifat non formal, berupa penyelenggaraan takhosus dinniyyah. Sistem pendidikan non formal mempunyai cara tersendiri yang berbeda dengan pendidikan formal, yaitu sistem asli pondok, diantaranya:
a)      Sorogan
            Adapun cara metode ini, yaitu para santri menyodorkan kitab, kemudian membaca sedikit demi sedikit dan kadang-kadang sambil diikuti, kadang-kadang santri hanya menyimak kitab yang disodorkan tadi. Metode ini biasanya diselangi dengan metode Tanya Jawab dan demontrasi.Dengan metode ini kiyai bener-bener mengetahui sampai dimana kemampuan anak didiknya, maka dengan sistem ini kiyai lebih akurat dalam mengukur taraf kemampuan para santrinya.
b)      Bandongan
            Adapun caranya dengan kiyai membaca kitab, santri membawa kitab masing-masing yang sama dengan kitabnya, kiyai sambil member makna pada kitab yang belum tahu artinya dan kiyai memberikan keterangan yang panjang lebar, yang tentunya berkenaan dengan materi yang disampaikan pada santri.
Lembaga yang bersifat formal pada yayasan pondok pesantren sukamiskin yaitu meliputi:

1)      Madrasah Tsanawiyah
2)      Madrasah Aliyah
            Adapun sistem yang digunakan pada ketiga lembaga pendidikan tersebut adalah sama sebagaimana yang digunakan oleh lembaga formal lainnya. (dokumentasi dan hasil wawancara dengan pengurus Yayasan pondok Pesantren Sukamiskin, tanggal 7 Mei 2013)
5.   Sarana dan prasarana Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin yaitu:
a.       Mesjid Jami’ Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin
b.      Mushola
c.       Kantor
d.      Ruang belajar
e.       Perpustakaan
f.       Aula
g.      Asrama (putra-putri)
h.      Toilet
i.        Computer
j.        Fasilitas olahraga (tenis meja, bola volley, basket, bulu tangkis)
k.      Ruang gudang peralatan (perlengkapan olahraga dan kesenian, dsb)
l.        Dapur umum
m.    Cafetarian Mini
n.      Lapangan parker
o.      Kediaman Kiayi
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini:







Table 1
Sarana Pondok Pesantren Sukamiskin
No
Jenis Sarana
Jumlah
1
Mesjid Jami’
1
2
Kantor
1
3
Ruang belajar
9
4
Perpustakaan
1
5
Aula
2
6
Asrama Putri
10
7
Asrama Putra
5
8
Toilet
10
9
Computer
3
10
Lapangan Bola Basket
1
11
Lapangan Tenis Meja
1
12
Lapangan Bulu Tangkis
1
13
Bola Volly
1
14
Ruang Gudang Peralatan
1
15
Dapur Umum
2
16
Cafetarian mini
2
17
Kediaman Kiayi
7
18
Lapangan Parkir
1
19
Mushola
1





BAB III
PROGRAM PENGELOLAAN SANTRI DALAM MEMBINA AKHLAK SANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUKAMISKIN BANDUNG

A. Bentuk-bentuk Metode Pembiasaan yang di Terapkan di PONPES
Pesantren atau Pondok Pesantren (biasanya juga disebut pondok saja) adalah sekolah Islam berasrama (Islamic boarding school). Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar pada sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Santri sebagai bagian dari komponen utama pesantren tentunya memegang peranan penting dalam keberlangsungan pendidikan pesantren. Mengingat varian latar belakang dan heteroginitas santri, dari segi kultur, ekonomi-sosial dan pendidikan, serta membaurnya pengasramaan santri tanpa membedakan usia, maka diperlukan sistem pengorganisasian tersendiri khusus untuk santri. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut Lurah Pondok. Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa bahasa Arab. Berkaitan denga judul yang diatas bahwa Dasar Pendidikan Akhlak menjadi barometer tinggi rendahnya derajat seseorang. Sekalipun orang dapat pandai setinggi langit, tetapi jika suka melanggar norma agama atau melanggar peraturan pemerintah, maka ia tidak dapat dikatakan seorang yang mulia. Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu hadisnya.
Artinya:“Orang yang paling beriman adalah yang terbaik budi pekertinya, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang berperilaku paling baik terhadap istri.” (H. R. Tirmidzi)
Macam-Macam Program Kegiatan Santri Pondok Pesantren Sukamiskin Diantaranya  :
a.      Program Pesantren & Kurikulum
1.      Pendidikan wajib di pondok pesantren sukamiskin yang akan ditempuh selama 8 tahun  yang rinciannya adalah :
a.       Tingkat Madrasah Tsanawiyah Salafiyah (Setingkat MTS) selama 3 Tahun dan Berijazah Pondok Pesantren
b.      Tingkat Madrasah Aliyah Salafiyah (setingkat MA) selama 3 tahun dan Berijazah Pondok Pesantren
c.       ditempuh selama 2 tahun dan Berijazah Pondok
Pesantren Sukamiskin
b.      Kurikulum Pondok Pesantren Sukamiskin
1)      Nahw
2)      Sharaf
3)      Al-Qur’an- Tajwid
4)      Fiqih Syari’ah
5)      Tafsir
6)      Aqidah Tauhid
7)      Hadits
8)      Tarikh Islam
9)      Tadarus
10)  Imla’
11)  Khat
12)  Bahasa Arab & Bahasa Inggris
13)  Dakwah
14)  Kreasi Seni
15)  Keorganisasian Santri
Sebagai institusi sosial, pesantren telah memainkan peranan yang penting dalam beberapa negara, khususnya beberapa negara yang banyak pemeluk agama Islam di dalamnya. Adapun Pesantren yang menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri diantaranya :
1.      Perencanaan Kebutuhan Santri
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai proses kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Perencanaan kebutuhan santri merupakan tugas yang harus dilakukan oleh pengurus pondok beserta dengan anggota-anggotanya, dalam hal ini biasa disebut dengan kesantrian. Adapun hal-hal yang harus dilakukan diantaranya adalah merencanakan kegiatan santri, proses penerimaan santri, pengaturan asrama santri, pengaturan makan santri, pembinaan santri, evaluasi santri. Dalam hal ini, berdasarkan pengetahuan penulis di pondok pesantren sudah ada perencanaan kebutuhan santri, karena ini adalah suatu hal yang penting dalam pendidikan pesantren.
2.      Proses Administrasi Penerimaan Santri
Penerimaan santri baru dalam tahun pertama dan santri pindahan harus teradministrasi secara baik. Untuk santri baru misalnya harus mengisi formulir yang berisi: nama, alamat, pendidikan sebelumnya, orang tua, pekerjaan orang tua, dan seterusnya. Sementara untuk santri pindahan selain harus mengisi formulir penerimaan santri baru, ia harus menyertakan surat pindah dari pesantren sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah santri bersangkutan pindah karena bermasalah atau tidak. Setelah mengisi formulir yang disediakan maka di pesantren salaf kebnayakan santri langsung bisa masuk dan mengikuti kegiatan pondok, namun ini berbeda dengan pondok kholafi (modern) santri harus mengikuti tes masuk terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan untuk mengatahui kemampuan santri ada juga yang bertujuan untuk menentukan jenjang pendidikan yang akan ditempuh santri tersebut.
Satu hal lagi yang perlu dimengerti dalam proses administrasi penerimaan santri, yaitu regestrasi atau daftar ulang dalam setiap tahunnya dan akhir jenjang kelulusan. Karena umumnya santri melanjutkan jenjang pendidikan di lembaga pendidikan yang sama dan terdapat di lingkungan pesantren semula.

3.      Catatan Keaktifan Santri dan Keluar Bermasalah
Setiap pesantren hendaknya memiliki buku khusus tentang catatan keaktifan santri dalam mengikuti kegiatan pesantren. Yang bertugas memegang buku catatn ini bisa ditentukan secara fleksibel. Bagi pesantren yang santrinya masih puluhan dapat langsung ditangani pengurus pesantren. Untuk pesantren yang santrinya mencapai ratusan atau bahkan ribuan dapat ditangani pengurus komplek atau pengurus kamar. Hal ini dimaksudkan untuk memantau perkembangan setiap santri, termasuk prilaku mereka yang bermasalah.
Khusus menyangkut santri yang nakal atau bermasalah, catatan ini sangat bermanfaat untuk memantau perkembangan mereka dari waktu ke waktu. Selama ini, tidak adanya catatan aktivitas santri yang tergolong nakal atau bermasalah cukup membuat repot pihak-pihak pesantren. Biasanya hal ini berdampak pada pengeluaran santri secara terhormat dari pesantren, sementara ia adalah santri yang bermasalah. Cara ini jelas kurang tepat, bukankah pesantren berfungsi untuk mencetak generasi yang berakhlak mulia? Terkecuali jika dengan adanya catatan yang berfungsi untuk memantau perkembangan santri tersebut nyatanya tidak berhasil, terpaksa pesantren harus membuat surat keterangan bahwa pihak pesantren tidak mampu lagi membimbing santri tersebut dan yang bersangkutan dinyatakan keluar bermasalah. Fungsi surat ini adalah sebagai pertimbangan orang tua dan pesantren lain yang akan dituju santri bermasalah tersebut sebagai tempat pindahan.
4.      Pola Pembinaan Santri
Selain melalui kegiatan belajar mengajar, santri juga dibina melalui berbagai kegiatan ekstra kulikuler. Kegiatan itu antara lain: organisasi, menejemen, ekonomi, ataupun masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari santri setelah menyelesaikan pendidikan dan kembali ke masyarakat. Terdapat 4 pola pembinaan antara lain:
a.       Membina santri dan membimbing santri yang mempunyai problem agar mereka bisa mengatasi persoalannya.
b.      Memberikan tugas-tugas yang dapat mendorong santri memiliki semngat. Militasi, kreatifitas, loyalitas, dan jiwa dedikasi yang tinggi.
c.       Meningkatkan ubudiyah para santri melalui penyelenggaraan shalat tahajud. Puasa sunnah, pembinaan membaca Al-Quran, dll.
d.      Pengarahan dan pembinaan kehidupan para santri
Untuk membina santri dibentuklah organisasi pelajar, organisasi tersebut semacam OSIS di sekolah umum. Organisasi ini dijadikan wahana pelatihan kepemimpinan dan pengembangan kreatifitas para santri. Periode kepengurusan organisasi ini bisa juga satu tahun ajaran. Kegiatan organisasi ini hampir mencakup segala aspek kegiatan pondok. Seperti kegiatan usaha, pengajaran, perpustakaan, keuangan, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah konsumsi dan penerimaan tamu. Disamping itu dalam membina persaudaraan antar alumni khususnya dan membina umat pada umumnya.
5.      Kegiatan Santri
Kegiatan santri di dalam asrama biasanya dikoordinasi dan ditangani oleh pengasuh santri, sebagai perpanjangan tangan pengasuh Pondok(Kyai) dalam membina dan mendidik santri. Kegiatan santri di asrama ini biasanya melalui organisasi santri. Badan pengasuhan santri di pondok-Pondok Pesantren yang berkategori Salafiyah biasanya ditangani oleh organisasi santri dan kepala asrama (lurah pondok). Organisasi santri ini juga membawahi beberapa bagian, salah satunya bagian keamanan dan organisasi asrama. Kagiatan santri disini ada 2 priode kegiatan yaitu :
1)      Kegiatan Harian Pondok Pesantren Sukamiskin
a.       04.00 - 05.00 Bangun Shalat Subuh
b.      05.00 - 06.00 Pengajian Shubuh
c.       06.00 - 07.00 Mandi, Sarapan, Shalat Dhuha
d.      07. 00  - 12. 30 Masuk Kelas Belajar ( Sekolah)
e.       12.30 - 13.00 Shalat Dzuhur Berjamaah
f.        13.00  - 14.00 Makan Siang, Istirahat
g.      14.00 -  15.00 Pengajian Siang
h.      15.00  -  16.00 Shalat Ashar Berjamaah16.00 -  17.00 Pengajian Sore
i.        17.00 -  17.30 Makan Sore, Istirahat, Mandi
j.        17.30 -  19.30 Shalat Magrib, Tadarus Al-Qur’an
k.      19.30 - 20.00 Shalat Isya Berjamaah
l.        20.00  -  21.00 Pengajian Malam
m.    21.00 - 22.30 Istirahat, Kuliah Malam (Khusus Bagi Santri Bari/Lama)
n.      22.30 - 04.00 Istirahat Tidur
2)      Kegiatan Mingguan Pondok Pesantren Sukamiskin
a.    Pertamsilan (Pembelajaran Dakwah & kreasi Seni)
b.    Muhadatsah Bahasa Inggris dan Bahasa Arab
c.    Majlis Ta’lim Ibu-Ibu
d.   Sholawat (Al-Barzanjy)
e.    Hafalan Dalil Qur’an dan Hadits
f.     Pengembangan Diri (Kesenian, Da’i dll)
g.    Majlis Ta’lim bapak-bapak
h.    Kerja bakti
3)      Kegiatan Tahunan Pondok Pesantren Sukamiskin
a.    Ulangan Kwartal Awal
b.    Ulangan KwartalAkhir
c.    Imtihan/Kenaikan Kelas
d.   Hari Besar Islam
e.    Liburan Kwartal
f.     Liburan Kenaikan Kelas
g.    Pakanci (Pekan Musabaqoh Santri)
h.    Pasaran Reunian.

6.      Pengaturan Asrama Santri
Penyelenggaraan asrama untuk santri di Pondok Pesantren salafiyah berbeda dengan penyelenggaraan asrama di Pesantren jenis kholafiyah, apa lagi asrama bagi pelajar.Berdirinya asrama untuk para santri yang lazim disebut dengan Pondok Pesantren biasanya bermula dari adanya seorang kyai yang alim yang relatif menguasai ilmu-ilmu agama islam yang menetap di suatu tempat (bermukim). Kemudian datanglah santri-santri yang ingin belajar kepadanya dan turut pula bermukim ditempat tersebut. Karena banyaknya santri yang datang maka mereka pun berupaya mendirikan Pondok di sekitar rumah kyai atau santri.
Pengelolaan asrama di Pesantren biasanya dipimpin oleh seorang ketua yang lazim disebut dengan kesantrian yang dilengkapi dengan dengan susunan kepengurusan dan dibantu seksi-seksi sesuai kebutuhan. adapun dalam menentukan pembagian asrama/ kamar santri ini bisa di kelompokkan berdasarkan asal wilayah dan daerahnya, atau juga berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh. Seorang ketua asrama biasanya dari santri senior yang dipilih secara demokratis oleh perwakilan-perwakilan dari tiap-tiap kamar asrama. Calon-calon ketua yang akan dipilih adalah mereka yang telah mendapat restu dari kyainya. Atau seorang ketua asrama bisa ditunjuk langsung oleh kyainya, sedang para pembantunya diserahkan kepada ketua untuk memilih. Masa jabatan pengurus tergantung aturan yang ditetapkan Pesantren masing-masing.
7.      Pengaturan Makan Santri
Sistem makan di PondokPesantren salafiyah Sukamiskin sudah diatur dengan adanya  Cateringumumnya para santri. Di Pesantren jenis ini para santri dikenakan berbagai biaya termasuk uang makan tiap bulannya, mereka jelas harus makan di asrama dalam satu koordinasi, bahkan hampir semua jenis kebutuhan santri dari makan, alat-alat kebutuhan belajar hingga pakaian telah tersedia, mereka harus membeli semua kebutuhan di asrama. Sebenarnya pengkoordinasian secara penuh dalam segala aspek kebutuhan santri di asrama, selain yang mengarah dan relevan dengan pendidikan akan berdampak negatif, akan terganggunya kreatifitas, jiwa demokrasi dan hubungan sosial kemasyarakatan bagi para santri yang merupakan bagian dari ruh Pondok Pesantren.
8.    Administrasi Kelulusan Santri
Administrasi kelulusan santri sangat berguna untuk mendeteksi kelulusan dan alumni pesantren. Dalam hal ini pembuatannya disesuaikan dengan tipe-tipe pesantren:
a.       untuk tipe pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan kurikulum nasional, maka pencatatannya disesuaikan dengan tahun kelulusan madrasah atau sekolah.
b.      Untuk tipe pesantren yang menyelenggarakan pendidikan klasikal dengan kurikulum lokal, pencatatannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan pesantren yang berlaku.
c.       Untuk tipe pesantren yang menyelenggarakan program paket A,B, dan C serta yang masih menyelenggarakan sisitem pengajian kolosal, pencatatan kelulusannya disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan santri.
9.      Evaluasi Santri
Dalam setiap pondok pesantren hendaknya ada evaluasi terhadap santrinya, hal ini bisa dilakukan kapan saja, baik itu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, atupun juga setiap tahun. Adapun bentuk evaluasinya bermacam-macam, bisa dengan ujian baik itu lisan atau perbuatan atau juga bisa dilakukan dengan pengamatan tingkah laku santri dalam kesehariannya. Hal ini mempunyai tujuan diantaranya adalah
a.       Untuk mengatahui kemampuan santri dalam menyerap ilmu
b.      Untuk menentukan prestasi santri
c.       Untuk mengetahui perubahan paradikma berfikir dan tingkah laku santri dalam keseharian
d.      Untuk mengetahui kekurangan proses pembelajaran dalam pondok pesantren.
Berdasarkan sangat berkaitan dengn manajemen strategis pembentukan SDM santri, bahwa pengelolaan pesntren dalam pembinaan akhlak santri sangat penting dalam kaitannya dengan dunia persantren, dapat di implementasikan untuk meningkatkan faktor internal SDM pesantren (guru, santri dan keluarganya). Yaitu merumuskan perencanaan-perencanaan konkrit dalam menggali potensi dunia pesantren dengan hal-hal;
Pembinaan kepribadian santri yang paripurna (santri’s personal exellence), Pembinaan keluarga santri yang paripurna (santri’s family exellence), dan membentuk kebiasaan yang positif (life’s santri exellence).
1.      Santri’s Personal Exellence.
Santri merupakan suatu komponen masukan dalam system pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan pesantren, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, santri dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif / paedagogis.
2.      Pendekatan Sosial.
Santri adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga pesantren, masyarakat sekitarnya dan masyarakat yang lebih luas. Santri perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Dalam konteks inilah, santri melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat sekitar pesantren. dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.
3.    Pendekatan Psikologis.
Santri adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Santri memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniyah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah pesantren, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
4.      Pendekatan Edukatif / Paedagogis.
Pendekatan pendidikan menempatkan santri sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka system pendidikan menyeluruh dan terpadu. Dalam Undang-undang Pendidikan Nasional, setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak berikut:
a.       Mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
b.      Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan.
c.       Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
d.      Pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan yang hendak dimasuki.
e.       Memperoleh penilaian hasil belajarnya.
f.       Mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat
Berdasarkan yang diatas, tampak jelas bagaimana tingkat pengakuan terhadap santri sebagai peserta didik, yang tentunya harus dilaksanakan pula dalam praktik pendidikan di sekolah-sekolah pesantren.
B.  Bentuk Pengembangan Santri
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak tertentu terhadap system pengajaran, sehingga pengajaran beralih pendekatannya dari cara lama ke cara baru. Beberapa bentuk perubahan dalam pendekatan tersebut di jelaskandalam uraian berikut ini:


1.      Pengajaran Baru
Perkembangan dalam filsafat pendidikan, psikologi pendidikan, dan kemajuan dalam berbagai bidang keilmuan pada gilirannya mengembangkan kesadaran di kalangan para pendidik dan tenaga kependidikan mengenai perlunya dilaksanakan prinsip-prinsip belajar mengajar baru, antara lain sebagai berikut:
a.       Pendidikan bukan hanya mempersiapkan santri atau peserta didik untuk hidup sebagai orang dewasa, melainkan membantu mereka agar mampu hidup dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Para santri sebaiknya dididik sebagai suatu keseluruhan dan menempatkan mereka sebagai unit organisme yang hidup yang sedang tumbuh dan berkembang.
c.       Pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan dalam rangkaian pengembangan sumber daya manusia yang bermutu.
d.      Para santri belajar dengan berbuat dan mengalami langsung serta keterlibatan secara aktif dalam lingkungan belajar.
e.       Belajar dilakukan melalui kesan-kesan penginderaan yang menumbuhkan tanggapan yang jelas dan nyata, yang pada gilirannya diproses menjadi informasi dan pengetahuan.
f.       Proses belajar dan keberhasilan belajar dipengaruhi bahkan bergantung pada kemampuan (abilitas) masing-masing individu santri
g.      Belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan bahkan berlangsung seumur hidup, baik secara formal, maupun non formal.
h.      Kondisi sosial dan alamiah turut menentukan dan berpengaruh dalam penyusunan dan pelaksanaan situasi-situasi belajar.
i.        Motifasi belajar hendaknya bersifat intrinsik, orisinaldan alamiah.
j.        Pengajaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan individual.
Hubungan antara guru dan santri, dan antara santri dengan santri lainnya dilaksanakan melalui kerjasama atau proses kelompokyaitu :
a.       Metode, isi, dan alat pengajaran besar pengaruhnya terhadap proses belajar santri. Pengajaran konvensional. Pengajaran konvensional menitik beratkan pada perkembangan intelektual melalui cara belajar ingatan mengenai hal-hal yang telah dibaca dan tugas-tugas yang telah dikerjakan. Pengetahuan yang telah diperoleh langsung dapat ditransferkan ke dalam situasi kehidupan. Perencanaan belajar dan perkembangan aspek-aspek keterampilan, sosial, sikap dan apresiasi kurang mendapat perhatian.
b.      Pengajaran baru tidak hanya bertujuan mengembangkan aspek intelektual tetapi juga meliputi:pengembangan aspek-aspek jasmaniah, sosial, emosional, dan lain-lain. Untuk itu digunakan bermata ajaran dan sumber bacaan. Guru berupaya mencegah timbulnya frustasi pada diri santri dengan cara menyesuaikan bahan pelajaran dengan minat individu, mengurangi kemungkinan terjadinya persaingan dan pertentangan. Santri belajar hidup dalam kelompok sosial. Pendidikan jasmani juga dikembangkan. Pendek kata, pendidikan terhadap santri dilakukan secara keseluruhan.
c.       Menghormati Individu Santri.
Pengajaran baru memandang santri sebagai individu dan belajar secara individual. Karena itu wajar sebagai suatu individu, tiap santri harus berinisiatif dan bertanggung jawab atas pengalaman dan kesehatan pribadinya. Mereka harus percaya diri dan mengintegrasikan dirinya sendiri. Implikasi dari sikap menghormati diri santri ialah pengajaran harus realistik, belajar dengan berbuat, hubungan akrab antara guru dan santri dan kerjasama serta simpati, serta mencegah masalah disiplin.
d.      Pengembangan Pribadi.
Pengajaran konvensional cenderung menjadi faktor yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan pribadi yang tidak stabil dan kesehatan mental kurang, dikarenakan rasa rendah diri sebagai akibat kondisi sekolah yang kurang menguntungkan bagi santri.
Kondisi tersebut diubah melalui pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi yang sehat dan seimbang, dengan cara pemilihan metode dan bahan, pemberian kesempatan untuk berhasil, menghindarkan terjadinya rasa cemas, menciptakan situasi yang memungkinkan siswa berperan serta berdasarkan keinginan dan minatnya.
e.       Metode dan Teknik Mengajar.
Pengajaran baru dengan tanpa mngesampingkan penggunaan metode ceramah dan resitasi, namun lebih menitik beratkan penggunaan metode yang lebih banyak memberikan peluang bagi santri untuk berperan serta aktif dalam kegiatan-kegiatan belajar yang bertujuan dan bermakna baginya. Guru memberikan bimbingan, arahan, fasilitas lingkungan belajar, memupuk kerjasama dalam proses kelompok, berlatih menerapkan hasil belajar, memberikan tantangan dan motifasi belajar, dan menilai / mengukur kemajuan belajar siswa berdasarkan pola pertumbuhannya, bukan semata-mata berdasarkan derajat penguasaan pengetahuan saja.
f.       Konsep Masalah Disiplin.
Pembinaan disiplin kelas berangkat dari pandangan tentang hakikat anak sebagai suatu organisme yang sedang berkembang. Mereka perlu belajar bertanggung jawab atas tingkah lakunya. Guru memberikan kesempatan baginya untuk berlatih membuat keputusan dan melakukan control diri. Santri yang malas atau melanggar ketertiban bukan dihukum, melainkan diberikan bimbingan dan melakukan kerja kelompok. Pendekatan ini berbeda dengan apa yang dilaksanakan dalam pengajaran gaya lama, yang lebih banyak memberikan hukuman dan paksaan, khususnya yang bersifat hukuman fisik, dengan guru yang bertindak secara otoriter.
g.      Pengukuran dan Evaluasi.
Pengukuran dan evaluasi ditujukan untuk mengetahui tingkat perkembangan dan diarahkan terhadap semua aspek pribadi santri, bukan hanya terhadap aspek penguasaan pengetahuan belaka. Instrumen penilaian yang digunakan disesuaikan dengan tujuan dan aspek yang hendak dinilai, dengan menggunakan tes bentuk essay dan tes bentuk obyektif, serta instrument non tes yang relevan.
Tanggung jawab melakukan penilaian terletak pada kelompok guru, bukan pada satu orang guru saja, bahkan santri mendapat kesempatan untuk melakukan penilaian diri sendiri. Penilaian dilaksanakan baik terhadap hasil belajar santri maupun terhadap system pembelajaran itu sendiri.
h.      Penggunaan Alat-alat Audio Visual.
Alat-alat audio visual merupakan alat Bantu bagi guru dan santri untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar mengajar. Pengajaran masa lampau telah mulai menggunakan alat-alat tersebut kendatipun masih terbatas pada alat-alat yang sederhana saja, seperti: media grafis, buku bacaan, gambar dan obyek nyata. Dewasa ini penggunaan alat-alat audio visual telah menggunakan teknologi maju berupa elektronik, seperti: slide, film strip, film, rekaman, video cassette, bahkan televisi pendidikan. Bentuk apapun alat audio visual yang digunakan, namun tetap sebagai alat Bantu, dan bukan menjadi pesaing atau pengganti guru.
2.      Santri’s Family Exellence
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalammasyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangkamenanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilakuyang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam hadits rasulullah SAW dikatakan yang artinya ;Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapankepada anak-anaknya, demikian juga Ya’kub. Ibrahim berkata: haianak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, makajanganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam.
Secara garis besar pendidikan dalam keluargadapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a.      Pembinaan Akidah dan Akhlak
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominanadalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejakmulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikanbeberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengancara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahamandiawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi).Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah merekaatau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telahAllah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi:Artinya: jagalah diri kalian dan keluargakalian dari panasnya api neraka Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasardalam bukunya. Pertama, senantiasa membacakan kalimat Tauhid padaanaknya. Kedua, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya.Ketiga, mengajarkan al-Qur’an dan keempat menanamkan nilai-nilaipengorbanan dan perjuangan.
Akhlak adalah implementasi dari iman dalamsegala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak.Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua.Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antaraibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakanbahwa setiap individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikanteladan ataupunidola bagi mereka.
b.      Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga memgangperanan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baikintelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang berkualitasakan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimanafirman-Nya dalam surat al-Mujadalah yang artinya: Allah akan mengangkat derajatorang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diantarakalian.
Nabi Muhammad juga mewajibkan kepadapengikutnya untuk selalu mencari ilmu sampai kapanpun sebagaimanasabda beliau yang berbunyi:Artinya: mencari ilmu adalah kewajiban bagimuslim dan muslimat.

c.       Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Pembentukan kepribadian terjadi melalui prosesyang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebihbaik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksinalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatarbelakanginya. Mengingathal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjagaemosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanyaKewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi supportkepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda danbelum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocokdilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santundalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisadengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak sianak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.
3.      Life’s Santri Exellence
Diantaranya ada Tujuh ( 7) Karakter Santri Yang Efektif
a.       Jadilah Proaktif
Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.

b.      Merujuk pada Tujuan Akhir
Segalanya diciptakan dua kali – pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.
c.       Dahulukan yang Utama
Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.
d.      Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami
Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.
e.       Wujudkan Sinergi
Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).
f.       Mengasah Gergaji
Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.








BAB IV
RANGKAIAN KEGIATAN PRAKTEK PROFESI MAHASISWA

A.    Dasar Pemikiran
            Seorang mahasiswa bisa mendapatkan suatu materi dari perkuliahan melalui dosen yang bersangkutan. Akan tetapi, ada banyak hal yang tidak mudah untuk dipahami secara langsung dari perkuliahan, yaitu praktikum yang membutuhkan aplikasi nyata dari materi-materi yang telah diajarkan. Perkuliahan yang dilakukan di ruangan dan praktikum yang dilakukan di kelas  saja tidak cukup untuk menjadi bekal bagi mahasiswa di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran yang nyata dari lembaga ataupun industri agar dapat dijadikan pengalaman yang berharga dan menciptakan mahasiswa yang berkompeten sesuai dengan bidangnya, sehingga kemampuannya tidak akan diragukan ketika terjun ke dunia luar.
            Dan tentunya Proses pembelajaran dalam pengembangan suatu kajian keilmuan, haruslah disertai kesinambungan antara dasar nilai teoritis yang kemudian ditunjang dengan analisis dan praktik lapangan, sehingga akan menghasilkan keilmuan yang sesuai dengan kebutuhan di setiap zamannya.
            Terlebih, alangkah lengkapnya apabila semua pengkajian direlevansikan dengan kondisi objektif lapang karena pada prinsipnya setiap kebutuhan akan berkembang dengan permasalahannya. Salah satu permasahan yang dimaksud diatas adalah pengelolaan di Pondok Pesantren Sukamiskin.
            Jurusan Manajemen Dakwah adalah sebuah jurusan yang memfokuskan pengkajiannya pada tujuh ranah atau garapan, diantaranya tentang berangkat  atas dasar dan analisa tersebut, maka di tugaskan oleh pembimbing untuk melakukan kegiatan Praktek Propesi Mahasiswa (PPM) di Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin Kota Bandung. Dan yang terpenting dari kegiatan ini adalah sebagai bagian dari kurikulun perkuliahan di jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. dengan kajian ke ilmuan Manajemen Kelembagaan Islam.

B.     Nama Kegiatan
            Nama dari kegiatan ini adalah Praktik Propesi Mahasiswa (PPM) di Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin Kota Bandung, Jln. Raya Timur (AH. Nasution) No. 128 Km. 8 Rt/Rw 01/04 Kel. Sukamiskin Kec. Arcamanik Kota Bandung Tentang:
Upaya Pengeolaan Pesantren Dalam Pembinaan Akhlak Santri Di Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin

C.    Waktu Kegiatan
Waktu Kegiatan akan dilaksanakan selama 1 bulan lebih, terhitung mulai dari tanggal 10 juni 2013 sampai pada tanggal  28  Juli 2013 dengan agenda kegiatan yang berbeda.  

D.    Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini meliputi:
1.      Sebagai pemenuh syarat akademis perkuliahan di jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunug Djati Bandung.
2.      Menambah wawasan keilmuan mahasiswa Manajemen Dakwah khususnya pada ranah  manjemen Kelembagaan Islam dengan  peraktek langsung di lapangan  terkait masalah input,proses dan output.
3.      Sebagai upaya penyesuaian antara nilai teoritis dengan praktek.





E.      Ketentuan Kegiatan

1.      Pihak mahasiswa bersedia melengkapi persyaratan administrasi yang telah ditentukan dan disepakati oleh pihak responden Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin Kota Bandung.
2.      Kegiatan ini berdasarkan atas kesepakatan antara pihak mahasiswa dengan pihak responden Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin Kota Bandung, yang didukung penuh oleh pihak akademis.
3.      Apabila Selama Kegiatan ada hal-hal yang menyalahi aturan maka pihak responden Yayasan Pondok Pesantren Kota Bandung berhak memberikan peringatan, pengarahan, dan mengajukan sanksi.
4.      Setelah selesainya kegiatan ini, maka pihak mahasiswa berhak mendapatkan surat keterangan dari pihak responden Yayasan Pondok Pesantren  Kota Bandung, sebagai tanda bukti telah melaksanakan kegiatan.

F.     Langkah-langkah Kegiatan
Kegiatan ini tersusun atas empat langkah yang terinci sebagai berikut:
1.      Persiapan
Pada tahap ini meliputi, penentuan objek praktik, melengkapi administrasi, dan mempersiapkan perangkat lainnya.
2.      Praktek Langsung
Setelah tahapan pertama terpenuhi maka mahasiswa akan melakukan praktek langsung dengan ketentuan yang telah disepakati bersama.
3.      Penyusunan Hasil Praktek
Penyusunan Hasil Praktek ini dimaksudkan pada saat kegiatan telah selesai maka sebagai bahan laporan hasil dari kegiatan yang akan di ujikan maka akan dilakukan proses penyusunan data hasil kegiatan.
4.      Evaluasi
Yang dimaksud evaluasai pada langkah ini yakni bentuk evaluasi yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan pihak responden Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin  Kota Bandung, terhadap mahasiswa selama kegiatan berlangsung hingga selesai.
5.      Pengujian Hasil Kegiatan
Dari keseluruhan bentuk kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa maka hasil yang diperoleh dari kegiatan ini akan diseminarkan.

G.    Teknis praktek Lapangan
            Teknis Praktek lapangan ini terinci atas uraian kegiatan praktek yang dilakukan selama satu  bulan lebih di Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin Kota Bandung, dengan rincian sebagai berikut :
  
No
Jenis Kegiatan
Tempat Kegiatan
1.
Silaturahmi Dengan Pihak Yayasan Ponpes Sukamiskin
Yayasan Ponpes Sukamiskin
2.
Obsevasi
Yayasan Ponpes Sukamiskin
3.
Wawancara
Yayasan Ponpes Sukamiskin

4
Ikut Berpartisipasi/Membantu Pekerjaan  Dalam Kegiatan Yayasan Ponpes Sukamiskin
Yayasan Ponpes Sukamiskin

Proses Pengumpulan Data
Yayasan Ponpes Sukamiskin



BAB V

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Demikianlah sedikit uraian tentang santri.Pesantren dalam menghadapi perubahan dituntut melakukan kontekstualisasi tanpa harus mengorbankan watak aslinya selaku institusi pendidikan keagamaan dan social. Pengembangan lembaga ini sebagai wadah komunisikasi, dialog dan latihan serta pengabdian kemasyarakatan santri baik yang masih menempuh pendidikan maupun yang sudah menyelesaikan pendidikan serta para alumni yang telah mendapatkan pekerjaan di luar pesantren. Pesantren diakui sebagai salah satu pendidikan keagamaan yang sudah kuat mengakar di masyarakat, hal ini terbukti dari sejarah yang melingkupinya dari sebelum kemerdekaan sampai sekarang masih dapat bertahan dan berkiprah di pentas nasional. Ini terjadi karena pesantren lebih simple dalam menggapai cita dan impiannya yakni sekedar memberikan pelajaran agama pada santri.
Peranan ini dimulai dengan mengembangkan paradigma pengelolaan pesantren menuju pemikiran dan arah pendidikan yang sistematis berkesinambungan, dinamis dan kompreherensif. sistematis artinya arah pendidikan lebih disusun dalam tahapan-tahapan pencapaian yang tersusun dalam satu perencaan dan monitoring evaluasi yang baik. Berkesinambungan artinya, arah pendidikan dipadukan dengan berbagai perkembangan keilmuan yang terus berkembang tanpa membatasi diri pada satu keilmuan agama yang sifatnya individualistik, namun juga pada keilmuan agama yang sifatnya sosial. Dinamis artinya, arah pendidikan lebih inklusif, terbuka dan terus mobil tidak terjebak pada satu pemikiran mazhab saja namun dapat menelaah dan mengembakan pemikiran mazhab yang sudah ada sebab ia bukanlah ilmu harga mati yang tidak dapat dikritik. Kompreherensif artinya arah pendidikan lebih dikembangkan pada pembahasan perkembangan ilmu sebab pada dasarnya sumber ilmu itu satu yakni al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW.

B.     SARAN
Dengan tersusunnya Desain Praktik Propesi Mahasiswa ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Maka dari itu, penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat memberi saran dan kritik demi perbaikan selanjutnya. Dan semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan yang lebih luas.



Bandung, 24  Juni 2013

Penyusun










DAFTAR PUSTAKA
v  Azyumardi Azra dalam Jurnal Pondok Pesantren Mihrab, vol. II No. 2 November 2007.
v  Amin Haedari, Ishoma El-Saha. 2006. Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Diva Pustaka. Hlm. 48
v  SAmin Haedari, Ishoma El-Saha. 2006. Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Diva Pustaka. Hlm. 49
v  Departemen Agama. 2007. Direktori pesantren. Jilid 2
v  Fatah, Rohadi Abdul, dkk. 2005. Rekonstruksi Pesantren Masa Depan. Jakarta: PT. Listafaka Putra. Hlm. 118
v  Haedari, Amin, Ishoma El-Saha. 2006. Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Diva Pustaka.
v  Masyhud, M Sulton. Moh. Khusnurdilo. 2003. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.
v  Masud Abdurrahman; Dinamika Pesantren dan Madrasah;2002, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
v  Mastuhu, 1999, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam Ciputat : PT Logas Wacana Ilmu.
v  Maksum,1999, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya , PT Logas Wacana Ilmu.
v  Nurcholis Madjid, 1977, Bilik-bilik pesantren, sebuah potret perjalanan; Jakarta:Paramadi
v  Rohadi Abdul Fatah, dkk. 2005. Rekonstruksi Pesantren Masa Depan. Jakarta: PT. Listafaka Putra. Hlm. 118

0 komentar:

Posting Komentar